Page 185 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 185
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
memutuskan pembentukan Provinsi Irian Barat dengan model Baru,
yang terdiri atas wilayah Irian Barat yang masih diduduki oleh Belanda.
Untuk melaksanakan konfrontasi dalam bidang militer merebut Irian
Barat, pada tanggal 2 Jjanuari 1962 Presiden mengeluarkan keputusan
No. 1 tahun 1962 untuk membentuk Komando Mandala.
Pada tanggal 1 Januari 1962, diangkatlah Pimpinan Tertinggi
Komando Mandala Pembebasan Trian Barat dan sebagai Panglima
Trikora, kemudian ditetapkan: Major Djenderal Soeharto yang
di kemudian hari juga menjadi Presiden Republik Indonesia.
Perkembangan perjuangan pembebasan Irian Barat sesudah Trikora
itu diikuti dengan seksama oleh DPR-GR, antara lain dengan
mendengarkan Keterangan-Keterangan Pemerintah dalam rapat-
rapat tertutup, pada tanggal 2-3 Februari 1962 dan 17 April 1962. Dari
Keterangan- Keterangan Pemerintah tersebut, DPR-GR memperoleh
penjelasan-penjelasan yang mendalam di antaranya tentang:
a) pertempuran diperafran Pulau Aru pada tanggal 15 Djanuari
1962 dengan gugurnja Komodor Jos Soedarso, Kapten
Wiratno dan lain-lain gu
b) Pd. Sekdjen. P.B.B: U Thant minta, kesabaran dari pihak
Pada tanggal 1 Indonesía untuk menjelesaikan sengketa Irian Barat secara
damai;
Januari 1962, c) tentang usaha-usaha memperkuat Angkatan Perang.
diangkatlah d) pembicaraan-pembicaraan dengan Robert Kennedy, (utusan
Pimpinan Tertinggi Presiden Amerika Serikat John Kennedy)
Komando Mandala e) tentang perudingan- perudingan informil dengan Belanda
Pembebasan Trian disaksikan oleh Edsworth Bunker dari Amerika Serikat yang
belum menundjukkan kesediaan Belanda untuk menjerahkan
Barat dan sebagai pemerintahan Irian Barat kepada Indonesia.
Panglima Trikora Perhatian DPR-GR dengan utusan Amerika tersebut sangatlah
wajar mengingat Kennedy bahkan sudah menyiapkan paket
bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 18 juta dolar AS untuk
mengalihkan kedekatan Sukarno dengan Uni Soviet. Di sisi lain, AS
220
menekan Belanda agar bersedia berembuk dengan Indonesia untuk
membicarakan status wilayah Papua bagian barat. Jika tidak, Kennedy
mengancam akan menghentikan bantuan AS kepada Belanda. Selain
kepentingan politik yang diusung Kennedy, Amerika ternyata juga
punya ambisi yang lebih menggiurkan dalam urusan ini, yakni terkait
dugaan kandungan emas dan mineral berharga yang sangat besar di
bumi Papua.
220 Mochtar Lubis, Catatan Subversif, 1980: 239).
dpr.go.id 180