Page 216 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 216
K ONS TELA SI POLITIK MA S A
DEMOKR A SI TERPIMPIN
4.1.2. Kedekatan PKI—Soekarno (1):
Nasakom
Selanjutnya dalam perkembangan politik lainnya yaitu konsepsi
NASAKOM. 258 Dengan konsepsi Nasakom ini, secara jelas bahwa
PKI memiliki makna sangat penting bagi Presiden Soekarno. PKI
mendapatkan angin ke ring satu pusat kekuasaan, dan sekaligus
terkesan presiden Sukano akan meminggirkan berbagai kekuatan
yang anti-PKI. Jadi singkatnya konsepsi Soekarno ini sangat jelas
membutuhkan dukungan dari beberapa partai termasuk di dalammnya
adalah PKI dan beberapa partai Islam lainnya. Khususnya PKI telah
terbukti mampu melakukan mobilisasi massanya. Ada kekhawatiran
terhadap Angkatan Darat dari ancaman perebutan kekuasaan itu dari
partai-partai lainnya. Mengingat Soekarno telah mengakui sebagai
salah satu unsur pondasi NASAKOM, sikap Angkatan Darat yang pada
awalnya menempatkan sebagai lawan juga harus ada perubahan sudut
pandang dalam mengakui eksistensi PKI terhadap Soekarno. Angkatan
Darat tetap mengawasi dan berusaha membatasi yang dilakukan dari
berbagai kalangan level Angkatan Darat. Tujuannya adalah agar PKI
tidak mampu berkembang lebih jauh dengan memiliki peran di berbagai
lini jabatan strategis pemerintahan. Munculnya berbagai ketakutan
dengan mengelompokkan dirinya pada kekuatan anti-PKI, Presiden
Soekarno memberikan responsnya sebagai berikut:
Melihat begitu hebatnya tantangan ulama
Islam terhadap komunisme, apalagi di Jakarta
dibentuk Front Anti Komunis dan Liga Anti Komunis
Republik Indonesia (LAKRI), akhirnya membuat
Presiden Soekarno gerah. Sebagai politikus ulung
Bung Karno memang pandai membuat stigma.
Kepada mereka yang menentang komunis itu
Dengan konsepsi dikatakannya sebagai mengidap penyakit ketakutan
Nasakom ini, secara (phobia) pada komunis atau komunisphobia.
Dalam pelbagai kesempatan, apalagi sesudah
jelas bahwa PKI Dekrit 5 Juli 1959, Bung Karno selalu menyelipkan
memiliki makna dalam pidatonya tentang komunisphobia, “Hai
sangat penting bagi dadap, hai Waru, janganlah engkau sekali-sekali
Presiden Sukarno. mengidap komunisphobia, sekali lagi kataku, jangan
engkau mengidap komunisphobia.” Isa Anshary
258 Arfandi A. Cenne, 2016, Pemikiran Politik Soekarno Tentang NASAKOM rentang 1959-1966, Skripsi,
Makassar: Program Studi Ilmu Politik Pemerintahan, Fakultas Imu Sosial dan Politik, UNHAS.
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 213
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018