Page 217 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 217
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
dalam penerbitan terakhir majalah Hikmah,
September 1960, membuat tulisan berjudul, “Bukan
komunisphobia, tetapi keyakinan Islam. 259
Jika kutipan langsung tersebut ditambahkan dengan kenyataan
bahwa Presiden Soekarno mengambil langkah dengan membubarkan
partai Masyumi dan PSI (1960), tidak berlebihan kalau dikatakan
bahwa Soekarno selalu membela dan sayang kepada PKI. Penulis akan
sertakan kutipan langsung tentang bagaimana Presiden Soekarno
memiliki kepedulian dan membela PKI. Kutipan tersebut sebagai
berikut.
Tanggal 23 Mei 1965 PKI merayakan ulang
tahun ke -45 secara besar-besaran. Tamu-tamu
berdatangan dari negara komunis; RRC, Albania,
Korea, Vietnam, dan juga dari Partai Komunis Uni
Soviet. Jakarta dipenuhi poster-poster raksasa,
spanduk, dan patung tokoh-tokoh komunis. Gambar
Presiden Soekarno dipajang sama besarnya dengan
DN Aidit, Lenin, dan Karl Marx di sejumlah jalan
utama Ibu Kota. Ribuan bendera Palu Arit dipasang
sampai ke pelosok kampong. Jakarta praktis sudah
berubah wajah, seolah-olah sudah menjadi ibu kota
negara komunis…”.
Pawai yang memerah-kan Jakarta dan seluruh
Pulau Jawa tersebut diterima Presiden di Stadion
Utama Gelanggang Olahraga Bung Karno. Dengan
wajah berseri, memakai pakaian seragam Panglima
Tertinggi, lengkap dengan semua bintang dan pita
tanda jasa tertempel di dadanya, berikut tangan
Presiden Sukarno
kanannya memegang tongkat komando, Bung
terus menerus Karno dengan spontan memeluk Aidit. Mereka
berusaha berangkulan mesra, disambut tepuk tangan ratusan
membangun ribu orang, bagaikan meruntuhkan senayan.
“Aku, sebagai Pemimpin Besar Revolusi dan
kesimbangan
Mandataris MPRS, memang merangkul PKI. Sebab,
antara militer-PKI. siapa yang bisa membantah bahwa PKI adalah unsur
259 Julius Pour, 2010, Gerarakan G30S PKI, Jakarta: Kompas, hlm., 12. Lihat juga, https://www.
academia.edu/32185496/Kekuatan_Politik_PKI.
dpr.go.id 214