Page 386 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 386

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN



                                                  MPRS segera bersidang supaya mampu menyelesaikan persoalan
                                                  ekonomi yang sedang terpuruk. Dengan sidang umum MPRS tersebut,
                                                  diharapkan nantinya dapat menurunkan harga-harga. Waperdam
                                                  Ekubang, Sri Sultan Hamengku Buwono, dan Waperdam Sospol/Menlu,
                                                  Adam Malik, pada 20 Mei 1966 berusaha menemui pendemo yang
                                                  berasal dari KAMI tersebut.  Dalam pernyataan yang disampaikan
                                                                            572
                                                  kepada kedua Waperdam itu antara lain dinyatakan bahwa KAMI
                                                  mengonstatir bahwa sejak dibentuknya Kabinet Dwikora yang telah
                                                  disempurnakan lagi, keadaan politik dan ketatanegaraan masih jauh
                                                  dari stabil dan sehat.
                                                       Dipaparkan pula bahwa proses pelaksanaan UUD 1945
                                                  secara murni dan konsekuen yang dipercayakan kepada presiden
                                                  bersama-sama DPR-GR dan MPRS berjalan sangat lamban. Selain itu,
                                                  pelaksanaan tuntutan ke-3 dari Tri Tuntutan Rakyat yaitu perbaikan
                                                  keadaan ekonomi yang berakibat kenaikan nilai rupiah dan turunnya
                                                  harga-harga bukannya mendekat perwujudannya, melainkan justru
                    Beberapa hasil
                                                  makin menjauh sebagai bukti dari fakta naiknya harga kebutuhan
                      sidang antara               pokok. Persoalan ini makin runyam ketika rakyat hanya dihibur dan
                          lain MPRS               dininabobokkan dengan statement yang tidak konkret dari pemerintah.

                      memutuskan                       Sidang Umum MPRS ke-IV akhirnya digelar tanggal 20 Juni-5 Juli
                                                  1966 tanpa halangan. Presiden yang tadinya tidak bersedia memberikan
                 untuk mencabut
                                                  laporan pertanggungjawaban akhirnya bersedia karena tekanan
                      gelar Bintang               politik yang kuat dari MPRS. Setelah Sidang Umum ke-IV MPRS,
                 Maha Putra kelas                 Presiden Soekarno membubarkan Kabinet Dwikora dan kemudian

                III milik D.N. Aidit.             membentuk Kabinet Ampera. Soekarno tetap menjadi presiden, tetapi
                                                  penyusunan kabinet diserahkan kepada Jenderal Soeharto sebagai
                                                  pengemban Supersemar. Soeharto kemudian menyusun kabinet
                                                  setelah berkonsultasi dengan pimpinan MPRS-GR. Kabinet Ampera
                                                  lebih ramping dan hanya terdiri atas 25 departemen ditambah lima
                                                  presidium kabinet yang diketuai Jenderal Soeharto. Pimpinan MPRS
                                                  dan DPR-GR tidak lagi memperoleh jabatan menteri di kabinet. 573
                                                       Beberapa hasil sidang antara lain MPRS memutuskan untuk
                                                  mencabut gelar Bintang Maha Putra kelas III milik D.N. Aidit. Keputusan
                                                  itu berdasarkan Ketetapan MPRS RI No. XXX/MPRS/1966. Dasar
                                                  pertimbangannya, dengan ajaran dan tidakan D.N. Aidit dianggap telah
                                                  menodai Bintang Maha Putera yang telah dianugerahkan kepadanya
                                                  sehingga anugerah itu harus dicabut. Mengingat Undang-Undang


                                                  572   Angkatan Bersendjata, 21 Mei 1966.
                                                  573   Aisyah Aminy, Op.Cit, hlm. 183-184.




                                      dpr.go.id  386
   381   382   383   384   385   386   387   388   389   390   391