Page 47 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 47

D ARI DPR HA SIL  PEMIL U 1955
                                                                                                      KE DPR -GR



                                                       Untuk pencalonan dan pemilihan para wakil ketua, yaitu Wakil
                                                  Ketua I, Wakil Ketua II, dan Wakil Ketua III, masing-masung berlaku
                                                  ketentuan-ketentuan peraturan yang berlaku bagi pencalonan dan
                                                  pemilihan ketua.
                                                       Dalam melaksanakan kewajibannya, apabila Ketua berhalangan,
                                                  kewajibannya dilakukan oleh Wakil Ketua I. Apabila Wakil Ketua
                                                  I berhalangan, ia diganti Wakil Ketua II. Apabila Wakil Ketua II
                                                  berhalangan, ia diganti oleh Wakil Ketua III. Apabila Ketua dan para
                                                  Wakil Ketua berhalangan, untuk memimpin rapat, mereka diwakili oleh
                                                  anggota dengan umur tertua. Ketentuan-ketentuan ini juga berlaku bila
                                                  Ketua, Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, atau Wakil Ketua III meletakkan
                                                  jabatan atau meninggal dunia.
                                                       Apabila jabatan Ketua atau para Wakil Ketua menjadi lowong,
                                                  DPR secepatnya mengadakan pemilihan Ketua atau Wakil Ketua,
                                                  dengan ketentuan sama dalam pemilihan Ketua dan Wakil Ketua
                                                  sebagaimana dikemukakan sebelumnya.
                                                       Dibandingkan  dengan  Peraturan  Tata  Tertib  DPR  di  era
                                                  Demokrasi Parlementer, proses pemilihan Ketua DPR pada masa
                                                  setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 pada dasarnya memiliki proses
                                                  yang ketentuan pemilihannya tidak jauh berbeda, meskipun sistem
                                                  demokrasi yang diterapkan tidak lagi parlementer. Perbedaan yang
                                                  ada hanya terletak pada detail cara pemilihan saat calon berjumlah
                                                  dua orang.

                                                                             Tabel 2.2.2.
                                                    Perbandingan Pemilihan Ketua DPR Pada Masa Demokrasi Parlementer
                                                       dengan Pemilihan Ketua DPR Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959
                                                                      Berdasarkan Jumlah Calon

                  Pemilihan Ketua DPR Pada Masa Demokrasi   Jumlah Calon  Pemilihan Ketua DPR Setelah Dekrit Presiden 5 Juli
                  Parlementer                                            1959
                  Bila kedua calon mendapatkan suara yang jumlahnya      Bila kedua calon mendapatkan suara yang jumlahnya sama, proses
                  sama, proses pemungutan suara diulangi. Bila dalam     pemungutan suara diulangi. Bila sampai tiga kali pengulangan
                  pengulangan pemungutan suara masih tetap sama   2 Calon  tetap masih sama banyak, maka calon digugurkan dan dilakukan
                  banyak, maka diadakan undian diantara kedua calon      pemilihan baru
                  ketua


                                                       Bila calon berjumlah 3—4 orang atau lebih dari 4 calon,
                                                  peraturannya pun sama, yaitu seandainya tidak ada calon yang
                                                  mendapatkan suara terbanyak secara mutlak meskipun telah dilakukan
                                                  pengulangan, ketentuan pemilihan akan kembali mengacu pada
                                                  peraturan calon tersisa 2 orang.




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   41
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52