Page 51 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 51

D ARI DPR HA SIL  PEMIL U 1955
                                                                                                      KE DPR -GR



                                                  suatu jabatan yang lowong apabila oleh undang-undang ditentukan.
                                                  Ketentuan pemilihan berlaku, seperti ketentuan pemilihan Ketua DPR.
                                                  Tetapi DPR dapat memutuskan cara yang lain asalkan tidak melanggar
                                                  sifat rahasia dari pemungutan suara mengenai calon. Anjuran
                                                  disampaikan secara tertulis kepada presiden disertai pemberitaan
                                                  tentang pemilihan para calon.
                                                       Sampai di sini, wewenang DPR dalam peraturan Tata Tertib DPR
                                                  setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, secara yuridis tertulis memang
                                                  masih memperlihatkan independensi DPR dari intervensi presiden.
                                                  Sayangnya dalam realitas justru sikap otoritarian Presiden Soekarno
                                                  yang mengemuka.
                                                       Di tengah suasana baru DPR kembali bekerja, pada tanggal 31
                                                  Desember 1959 pemerintah mengeluarkan Penetapan Presiden nomor
                                                  7 tahun 1959 tentang syarat-syarat dan penyederhanaan kepartaian.
                                                  Alasan penetapan presiden ini adalah agar ada pengaturan bagi
                                                  perkembangan kepartaian sebagai alat demokrasi dalam suasana
                                                  demokrasi terpimpin.  Pemerintah  rupanya  memandang  bahwa
                                                  keadaan politik telah begitu tidak stabilnya sehingga perlu mencabut
                                                  Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 mengenai anjuran
                                                  pemerintah tentang pembentukan partai politik. Dalam Pen-Pres
                                                  nomor 7 tahun 1959 disebutkan bahwa untuk dapat diakui sebagai
                                                  partai, di dalam anggaran dasar partai harus dicantumkan secara
                                                  tegas kalau partai menerima dan mempertahankan UUD 1945 serta
                    Arah pengaturan               mendasarkan program kerjanya pada Manifesto Politik Presiden
                                                  tanggal 17 Agustus 1959. Selain itu, dimuat pula ketentuan bahwa
                     kepartaian yang              presiden, sesudah mendengar Mahkamah Agung, dapat melarang
                             diterapkan           dan/atau membubarkan partai yang bertentangan dengan asas dan

                              Soekarno            tujuan negara. 60
                       rupanya makin                   Penetapan Presiden ini bagaimanapun dapat berakibat pada
                      membuka jalan               dibubarkannya partai politik,  yang dapat mempengaruhi  pula
                                                  komposisi partai-partai politik di DPR. Kelak, Masyumi dan Partai
                      untuk memberi               Sosialis Indonesia akan menjadi korban pertamanya.

                    penekanan pada                     Arah pengaturan kepartaian yang diterapkan Soekarno
                   tema yang sudah                rupanya makin membuka jalan untuk memberi penekanan pada tema
                                                  yang sudah terlihat dalam tulisan-tulisannya di tahun 1926 yang
                        terlihat dalam            menghendaki persatuan antara nasionalisme, Islam, dan marxisme.

                tulisan-tulisannya di             Tema tersebut pada era Demokrasi Terpimpin dikenal sebagai doktrin

                            tahun 1926            Nasakom (nasionalisme, agama, komunis). Tampaknya doktrin ini
                                                  mengandung arti bahwa PNI (untuk nasionalisme), NU (untuk agama),

                                                  60   Hardiman dkk. Op. Cit., hlm. 234




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   45
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56