Page 59 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 59

D ARI DPR HA SIL  PEMIL U 1955
                                                                                                      KE DPR -GR



                                                  presiden kepada DPR; (3) mengikuti pelaksanaan anggaran yang
                                                  telah disahkan; (4) mengajukan pendapat ke DPR tentang perubahan
                                                  anggaran belanja; (5) mengkaji pertanggungjawaban anggaran dan
                                                  memberi laporan kepada DPR; dan (6) memberikan pendapat ke DPR
                                                  mengenai hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan. Selain itu
                                                  prosedur pembicaraan mengenai RAPBN juga ditetapkan dengan cara
                                                  yang berbeda dengan masa sebelumnya. Bila sebelumnya prosedur
                                                  pembicaraan mengenai RAPBN ditetapkan baru pada saat DPR akan
                                                  melakukan pembicaraan mengenai RAPBN, tetapi dalam DPR setelah
                                                  Dekrit Presiden, pembicaraan mengenai RAPBN harus mengikuti
                                                  prosedur yang ajeg, yang dimulai dari pembicaraan di Panitia Anggaran,
                                                  dilanjutkan pembicaraan di komisi, lalu baru dibicarakan di Rapat Pleno
                                                  DPR.  Akan tetapi, ketetapan-ketetapan baru mengenai RAPBN di DPR
                                                      74
                                                  ini kemudian ternyata tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
                                                       Pada bulan Maret 1960, DPR yang sejak Dekrit Presiden tampak
                                                  akan mengikuti saja kebijakan Presiden Soekarno, secara mengejutkan
                                                  menolak anggaran belanja yang diajukan pemerintah, dalam suatu
                                                  pameran kekuatan yang tidak disangka-sangka.. Respons Soekarno
                                                  terhadap kejadian ini juga tidak tanggung-tanggung. Lembaga negara
                                                  yang merupakan manifestasi demokrasi tersebut segera dibubarkan
                                                  presiden, yang lalu menggantinya dengan membentuk DPR-GR (Dewan
                                                  Perwakilan Rakyat – Gotong Royong).
                                                       Menurut UUD 1945 yang kembali berlaku, pasal 23 menyebutkan
                Respons Soekarno
                                                  “Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan tiap-tiap tahun
                 terhadap kejadian                dengan undang-undang. Apabila DPR tidak menyetujui anggaran yang

                        ini juga tidak            diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun
                          tanggung-               lalu”.  Jadi, DPR sesungguhnya memiliki wewenang untuk menerima
                                                  atau menolak anggaran yang diajukan pemerintah.
                           tanggung.
                                                       Penolakan tersebut bermula ketika dalam Rencana Anggaran
                  Lembaga negara                  Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang diajukan pemerintah

                  yang merupakan                  tercantum rencana jumlah pengeluaran negara sebesar 44 miliar
                          manifestasi             rupiah. Pengeluaran ini akan disesuaikan dengan penerimaan-
                                                  penerimaan. Dalam RAPBN yang diajukan, ternyata terdapat defisit
                           demokrasi
                                                  dalam sektor penerimaan. Untuk mengatasinya, pemerintah berencana
                    tersebut segera               mengambil langkah menaikkan pajak.

                          dibubarkan                   Ikhtisar penerimaan negara yang direncanakan dalam RAPBN
                             presiden             tahun 1960 tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini 75


                                                  74   Hardiman, Op. Cit., hlm. 229
                                                  75   Putera Djaja, Loc. Cit., hlm. 10




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   53
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64