Page 523 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 523

DPR MENGHAD API  TANTANGAN NA SIONAL  D AN
                                                                        GL OB AL  HINGGA  MA S A   AKHIR ORDE B AR U
                                                                                                      1992 – 1998


                                                   spirasi rakyat, yang menjadi pedoman DPR dalam melaksanakan tugas
                                                   mengontrol pemerintah dan pembangunan, yaitu dengan mengadakan
                                                   pelurusan-pelurusan dari penyimpangan atas GBHN dan peraturan-
                                                   peraturan lainnya. Hal ini akan tercermin dalam rapat kerja dengan
                                                   pemerintah.
                                                         Ada sebuah keberhasilan  DPR  dalam melaksanakan tugas
                                                   pengawasannya yang sangat aspiratif dalam kasus Sumbangan Dana
                                                   Sosial Berhadiah (SDSB) misalnya yang mendatangkan protes berbagai
                                                   kalangan di masyarakat. Rakyat menaruh harapan besar kepada DPR
                                                   khususnya Komisi VIII untuk menyelesaikannya. Dalam rapat kerjanya
                                                   dengan Menteri Sosial, Komisi VIII bersepakat untuk tidak menyetujui
                                                   perpanjangan izin penyelenggaraan SDSB tersebut. Demikian pula
                                                   dengan kasus-kasus lain yang mendapatkan perhatian masyarakat,
                                                   seperti penetapan harga patokan semen yang sempat menimbulkan
                                                   gejolak di masyarakat. Selain itu di dalam rapat kerja Komisi VII dengan
                                                   pemerintah terungkap kasus kredit macet yang juga mengungkapkan
                                                   kasus korupsi yang mencapai 1,3 trilyun rupiah.
                                                         Program Inpres Desa Tertinggal yang dilaksanakan untuk
                                                   mengentaskan 25 juta penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan,
                                                   idenya pertama kali tercetus di DPR, yang kemudian didiskusikan
                                Program            secara intensif antara Komisi X dengan Bappenas pelaksanaan

                            Inpres Desa            program ini pendanaannya sepenuhnya didukung oleh APBN sebahai
                       Tertinggal yang             hibah pemerintah kepada masyarakat, yang dipergunakan sebagai
                  dilaksanakan untuk               modal kerja bergulir dalam satu kelompok masyarakat. Pengentasan

                   mengentaskan 25                 kemiskinan ini, sejak tahun 1993 telah menjadi gerakan nasional yang
                                                   dilaksanakan di desa- desa tertinggal di seluruh wilayah Indonesia.
                 juta penduduk yang
              berada di bawah garis                7.4. Penyerapan Aspirasi Masyarakat
                            kemiskinan,                  Pada tahun 1993 mencuatlah isu SDSB di tingkat nasional. Banyak

                                                   elemen masyarakat yang berdemonstrasi ke DPR RI untuk menyalurkan
                                                   aspirasi mereka. Mekanisme penyelesaian beda pendapat, apakah
                                                   disampaikan melalui DPR atau unjuk rasa,kini menjadi pertanyaan
                                                   bersama di kalangan masyarakat setelah kasus SDSB mencuat ke
                                                   permukaan.
                                                         Presiden Soeharto dalam pidato kenegaraan 16 Agustus lalu
                                                   menyatakan, bahwa pertentangan atau konflik tidak perlu diredam
                                                   karena hal itu tidak dapat dihindari dan, sebaliknya, bersifat alamiah.
                                                   “Yang harus kita lakukan adalah menyusun tatacara atau tatakrama
                                                   bagi penyelesaian persentuhan, konflik atau pertentangan itu secara





                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   523
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         Buku 4 Bab VII CETAK.indd   523                                                                           11/22/19   6:06 AM
   518   519   520   521   522   523   524   525   526   527   528