Page 73 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 73
SEJ AR AH D AN PER ANAN DPR-GR 1967 - 19 71
dr. Syarif Thayeb dimana keduanya merupakan Golongan Karya dan
faksi ABRI. Keduanya akan menduduki jabatan dalam jajaran pimpinan
DPR-GR. Dalam jajaran kepemimpinan DPR-GR yang merupakan
caretaker sementara tersebut, jabatan ketua diduduki oleh H. Achmad
Syaikhu dari faksi Islam (NU). Sedangkan untuk jabatan wakil ketua
DPR-GR diduduki oleh 4 orang, dimana dua orang dari faksi Golongan
Karya ABRI diatas menduduki posisi tersebut. Selain itu dua posisi
wakil ketua lainnya diduduki oleh M. Isnaeni dari faksi Nasionalis dan
Drs. Ben Mang Reng Say dari faksi Kristen-Katholik. Selanjutnya
72
pada pemilihan Anggota DPR-GR pada tahun 1967 yang dipilih 414
anggota baru DPR-GR periode 1967-1971, terdapat sedikit perubahan
dalam susunan jajaran pimpinan DPR-GR, namun jabatan ketua tetap
dipegang oleh H. Achmad Syaikhu dan salah satu wakil ketuanya tetap
Syarif Thayeb.
Selama menjabat sebagai wakil ketua DPR-GR, Syarif Thayeb
terlibat dalam beberapa kegiatan dan peristiwa yang berhubungan
dengan kinerja DPR itu sendiri. Pada awal tahun 1966, Syarif Thayeb
bersama dengan beberapa tokoh terkemuka seperti AH. Nasution,
Soeharto, Sultan Hamengkubuwono IX, Adam Malik, dan lain-lain
Syarif Thayeb melakukan seminar yang membahas mengenai masalah perekonomian
bersama dengan kedepan. Hasil dari pertemuan ini sejatinya tidak terlalu digubrik oleh
beberapa tokoh pemerintah yang cenderung mengabaikan hasil seminar ini. Namun
terkemuka seperti sebagai langkah awal, adanya seminar ini menjadi fondasi dari langkah-
AH. Nasution, langkah mengenai kebijakan ekonomi yang nantinya akan dirumuskan
Soeharto, Sultan oleh pemerintah. Selain itu, seminar ini juga didukung oleh para
Hamengkubuwono mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
IX, Adam Malik, (dimana Syarif Thayeb juga punya pengaruh kuat dalam tubuh kesatuan
dan lain-lain aksi ini) dan beberapa ekonom terkemuka dari Universitas Indonesia.
73
melakukan seminar Selain itu Syarif Thayeb juga banyak terlibat dalam berbagai
yang membahas pengambilan dan penentuan pengambilan keputusan dalam internal
mengenai masalah DPR yang punya pengaruh luas. Salah satunya adalah mengenai
perekonomian ditolaknya pembelaan Presiden Soekarno lewat Pidato Pelengkap
kedepan. Nawaksara tahun 1967. Sebenarnya ini bisa dikatakan sebagai sebuah
buntut konflik lama antara presiden dan DPR serta MPR, dimana
pada masa ini Presiden mencoba kembali menanamkan pengaruhnya
pada dua lembaga tinggi negara tersebut, namun agaknya gagal
72 Sekretariat DPR-GR, Op.Cit. Hal: 319
73 lIhat Ulf Sundhaussen. 1986. Politik Militer Indonesia 1945-1967: Menuju Dwifungsi ABRI. Jakarta:
LP3ES. Hal: 396-397.
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 65
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
Bab II.indd 65 11/21/19 20:56