Page 79 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 79

SEJ AR AH D AN PER ANAN DPR-GR 1967 - 19 71



                                                   meminta pertimbangan untuk adanya sebuah asas lain yang bisa
                                                   diletakkan sejajar dengan Pancasila. Misalnya PNI yang meminta agar
                                                   Marhaenisme yang jadi ciri partai juga ikut dicantumkan sebagai asas
                                                   dan parta-parta Islam yang mencantumkan asas keislaman disamping
                                                   Pancasila. Diskusi mengenai hal ini cukup alot dan tidak ditemui
                                                   mufakat dalam perdebatan ini, dan akhirnya pemerintah berupaya
                                                   menunda hal ini karena dituntut untuk menyelesaikan RUU yang
                                                   lainnya yaitu mengenai PEMILU.
                                                         Pemerintah dan DPR-GR telah menentukan beberapa pokok
                                                   permasalahan yang akan dibahas misalnya mengenai peserta PEMILU
                                                   dan mengenai sistem PEMILU itu sendiri. Mengenai masalah peserta
                                                   PEMILU, pemerintah dan DPR-GR sepakat untuk menambahkan
                                                   beberapa organisasi golongan politik dan organisasi golongan karya.
                                                   Hal inilah yang kemudian mejadi indikasi masukanya Golkar sebagai
                                                   peserta PEMILU yang akan dilaksanakan kemudian. Sebenarnya
                                                   masalah PEMILU dalam Seminar Angkatan Darat yang telah
                 Mengenai masalah                  disinggung sebelumnya, pemerintah lewat Soehato berpendapat agar
                    peserta PEMILU,                PEMILU Indonesia menggunakan sistem distrik. Namun sistem ini
                          pemerintah               dianggap merugikan partai politik karena mereka akan kehilangan

                         dan DPR-GR                suara dibeberapa kantong-kantong pemilihan. Partai politik
                       sepakat untuk               lebih mengupayakan agar dilakukan PEMILU dengan sistem yang
                      menambahkan                  proporsional yang mempertimbangan representasi pemilih dengan
               beberapa organisasi                 wakilnya yang nantinya akan duduk di Parlemen. Sehingga wakil dari
              golongan politik dan                 partai kecil sekalipun masih memiliki peluang untuk bisa duduk sebagai
                                                   wakil pemilihnya di DPR atau parlemen. Selain itu RUU mengenai
               organisasi golongan                 PEMILU ini juga merupakan awal dari pengaruh kuat GOLKAR dan
                                  karya.           semakin meneguhkan ABRI untuk bisa duduk dalam posisi sipil atau

                                                   yang sering disebut sebagai dwifungsi ABRI. 83
                                                         Konsensus Nasional yang kedua ini sebenarnya lebih banyak
                                                   pada proses persiapan PEMILU jika dibandingkan pada uji materi pada
                                                   undang-undang lainnya, terutama sepanjang perdebatan yang terjadi
                                                   di dalam DPR-GR. Disamping itu juga isu-isu mengenai komunisme
                                                   juga menjadi sesuatu yang penting, karena setiap partai yang menjadi
                                                   kontestan PEMILU nantinya steril dari pengaruh komunis. Menentukan
                                                   Konsensus Nasional bukanlah perkara yang mudah, karena ini
                                                   merupakan kesepakatan yang disetujui oleh seluruh lapisan bangsa

                                                   83   Dwifungsi ABRI merupakan buah pikiran dari AH. Nasution, salah satu sasaran penculikan
                                                      Jenderal teras pada malam 30 September, dia beranggapan agar ABRI tidak hanya berkarya
                                                      pada bidang militer namun juga pada ranah sipil dengan menduduki jabatan-jabatan tertentu.
                                                      Lihat: Anders Uhlin. 1998. Oposisi Berserak: Arus Deras Gelombang Demokratisasi Gelombang
                                                      ke tiga di Indonesia. Bandung: Penerbit Mizan. Hal: 57-58.




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   71
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         Bab II.indd   71                                                                                           11/21/19   20:56
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84