Page 122 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 122

UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA
                                                                                                         (1950-1960)





                  dan pemilihan baru diadakan pada 1955. Hasil Pemilihan Umum 1955
                  juga mengejutkan banyak pihak. Suara yang diperoleh Partai Sosialis
                  Indonesia dan Masyumi lebih rendah dibandingkan dengan PKI. Se-
                  telah pemilihan umum, PNI dan Masyumi masing-masing memiliki 57
                  kursi, Nahdlatul Ulama 45 kursi, dan PKI 39 kursi. Saat itu terdapat 28
                  partai  di  parlemen,  terdapat  kenaikan  jumlah  jika  dibandingkan  de-
                  ngan sebelum pemilihan yang berjumlah 20 partai.


                  Kabinet  Wilopo  memiliki  kemiripan  dengan  pendahulunya,  Kabinet
                  Sukiman,  yang  pada  dasarnya  mengandalkan  dua  partai  utama  pe-
                  megang mayoritas suara. Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan
                  secara mendasar pada pemerintahan di Kabinet
                  Wilopo. Pertama, kabinet ini mewakili kelompok
                  faksi yang berbeda dari kedua pihak. Dapat di-
                  katakan struktur baru yang dicanangkan adalah
                  kabinet “generasi muda”, sedangkan pendahulu-          Wilopo menegaskan
                  nya adalah kabinet “generasi yang lebih tua” .
                                                                         pendiriannya
                  Kabinet  Wilopo  memiliki  beberapa  poin  sebagai     mengenai hubungan
                  landasan  kerja  pemerintahannya.  Poin-poin  ter-
                  sebut  tidak  memiliki  perbedaan  yang  berarti  jika   sipil-militer. Ia
                  dibandingkan  dengan  Kabinet  Natsir  maupun          menyatakan bahwa
                  Kabinet  Sukiman.  Namun,  Wilopo  menegaskan          sebagian besar negara
                  pendiriannya  mengenai  hubungan  sipil-militer.  Ia
                  menyatakan bahwa sebagian besar negara telah           telah mencapai tahap
                  mencapai tahap ketika keamanan dapat diperta-          ketika keamanan dapat
                  hankan oleh otoritas sipil.
                                                                         dipertahankan oleh
                  Karena itu, menurutnya, pemerintah bermaksud           otoritas sipil.
                  untuk  mulai  mencabut  status  “darurat  militer”
                  yang dikenakan di bawah peraturan pada 1939.
                  Pada 3 Juni, pencabutan ini telah dilakukan un-
                  tuk Sumatera Selatan, dan karenanya harus di-
                  lakukan  untuk  seluruh  negara  pada  bulan  Juli.
                  Dengan ketentuan bahwa peraturan darurat militer yang lebih ringan
                  (ketika otoritas kepada tentara lebih kecil dibanding pada masa daru-
                  rat militer) akan efektif di daerah-daerah tertentu yang dianggap tidak
                  aman.


                  Sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, fokus utama pe-
                  merintahan Wilopo adalah pada situasi ekonomi dan permasalahan ke-
                  uangan negara. Dalam situasi ini, “penghematan” di bidang ekonomi





                    dpr.go.id                                                                               115
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127