Page 119 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 119
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
Dapat dikatakan bahwa kekuasaan di Indonesia
pada 1950-an berada di tangan para intelektual.
94 persen dari menteri Ini merujuk kepada orang-orang dari universitas
di Barat atau pendidikan
(terlepas dari tingkat
pendidikan mereka), menengah atas, yang telah menjadi komponen
utama dari elite politik negara selama periode
91% anggota parlemen pasca-revolusioner. Hal itu setidaknya dapat
dan semua pegawai dilihat dari penelitian biografi yang dibuat
Soelaeman Soemardi.
negeri telah dididik di
Barat. Berdasar penelitian itu, Soelaeman menemukan
83 persen dari 146 orang yang menjadi menteri
kabinet antara 1945 dan 1954; kemudian 59 per-
sen dari 234 orang yang menjadi anggota parle-
men pada 1954; dan 100 persen dari 61 pegawai
negeri tingkat tertinggi waktu itu adalah mereka
yang telah memperoleh pendidikan universitas atau pendidikan mene-
ngah atas. Selain itu, ia juga menemukan bahwa 94 persen dari menteri
(terlepas dari tingkat pendidikan mereka), 91% anggota parlemen dan
semua pegawai negeri telah dididik di Barat.
Revolusi nasional Indonesia dipimpin oleh para intelektual seperti itu,
orang-orang yang telah memanfaatkan banyak liberalisme Barat dan
radikalisme, dan yang memiliki kemampuan teknis untuk mengambil
alih negara modern, pengetahuan yang diperlukan dari bahasa Barat
dan hukum Barat serta prosedur administrasi.
Kaum intelektual datang untuk menjalankan kekuasaan sebagai ke-
lompok independen. Begitupun, meskipun terdapat dominasi secara
kuantitas, tetapi tidak pernah ada intelektual yang memiliki monopoli
terhadap kontrol sosial, bahkan pada tingkat elit politik.
Kekuatan mereka tidak terletak pada pemahaman tentang fungsi ne-
gara modern, tetapi lebih pada keterampilan politik yang sempit, pada
kemampuan untuk bertindak sebagai mediator dan penyelenggara
dalam kaitannya dengan massa yang diatur secara politis, dan untuk
mempengaruhi pemimpin tingkat bawah dari partai dan organisasi
massa, atau dengan kata lain, teknokrat.
Orang kemudian dapat melihat elite politik Indonesia pascarevolusi da-
lam hal asosiasi dua kategori utama pemimpin, kaum intelektual di satu
112