Page 116 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 116

UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA
                                                                                                         (1950-1960)





                  bekukan  DPRD-DPRD  tersebut.  Ketiga,  Masyumi  menuntut  jabatan
                  Perdana Menteri, hal yang tidak dapat diberikan oleh PNI. Keempat,
                  Masyumi juga menuntut posisi Menteri Luar Negeri, posisi yang juga
                  diharapkan oleh PNI.


                  Di  sisi  lain,  meski  PNI  menuntut  jabatan  perdana  menteri,  Sartono
                  sendiri  menolak  kemungkinan  dirinya  dijadikan  sebagai  perdana
                  menteri.  Kegagalan  pembentukan  kabinet
                  oleh  Sartono  membuat  Presiden  Soekarno
                  menunjuk Sidik Djojosukarto (PNI) dan Sukiman
                  Wirjosandjojo (Masyumi) untuk menjadi formatur
                  kabinet.  Dibutuhkan  waktu  delapan  hari  agar
                  kabinet  pengganti  Natsir  akhirnya  terbentuk,       Perselisihan memuncak
                  lebih lama dari lima hari waktu yang diberikan         di antara kedua kubu di
                  oleh Presiden Soekarno.
                                                                         dalam Masyumi. Pada

                  Sukiman  berpegangan  bahwa  posisi  perdana           26 April 1951, Kabinet
                  menteri  merupakan  hak  Masyumi.  PNI  awalnya
                  menolak, meski pada akhirnya menerima dengan           Sukiman secara resmi
                  syarat perdana menteri yang diajukan bukan lagi        terbentuk dengan 20
                  Mohammad Natsir. Sukiman sepakat dengan usul-          anggota.
                  an  tersebut  meski  menimbulkan  tentangan  dari
                  kubu Natsir. Perselisihan memuncak di antara ke-
                  dua kubu di dalam Masyumi. Pada 26 April 1951,
                  kabinet Sukiman secara resmi terbentuk dengan
                  20  anggota.  Pada  pertengahan  Mei  1951,  Natsir
                  dan Dewan Pimpinan Masyumi memberikan du-
                  kungannya kepada kabinet Sukiman.


                  Meskipun berhasil membentuk kabinet koalisi Masyumi-PNI, hubung-
                  an kedua partai besar di parlemen berjalan naik-turun. Setelah berha-
                  sil melakukan perimbangan kekuasaan dengan masing-masing men-
                  dapatkan lima jatah kursi kabinet, hubungan kedua partai memanas
                  dengan  kebijakan  Menteri  Dalam  Negeri  Iskaq  Tjokroadisurjo,  yang
                  meminta  agar  DPRD-DPRD  menghentikan  segala  aktivitasnya.  Per-
                  mintaan ini memancing kemarahan Masyumi.


                  Kemarahan  ini  cukup  beralasan.  Masyumi  bagaimanapun  mendapat
                  keuntungan dari sistem pemilihan anggota DPRD (Pasal 4 PP No. 39
                  Tahun 1950) dengan banyaknya organisasi yang terafiliasi dengannya.
                  Hal inilah yang membuat Masyumi dapat menguasai sebagian besar
                  kursi DPRD, yang menyelenggarakan pemilihan sampai dikeluarkannya





                    dpr.go.id                                                                              109
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121