Page 176 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 176

WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA
                                                                                                         (1959-1966)





                  Terkait dengan kekacauan ekonomi dan moneter
                  serta rencana pemerintah menyusun anggaran
                  belanja yang baru tersebut, DPR setelah Dekrit         Terkait dengan
                  Presiden 5 Juli 1959 kemudian juga memandang           kekacauan ekonomi dan
                  perlu  untuk  mengadakan  sebuah  panitia  tetap
                  baru  yang  dinamakan  Panitia  Anggaran,  yang        moneter serta rencana
                  dibentuk untuk selama masa jabatan DPR. Pani-          pemerintah menyusun
                  tia Anggaran ini berkewajiban:

                    1.  Mengikuti penyusunan Rancangan Anggar-           anggaran belanja yang
                      an Pendapatan dan Belanja Negara (RAP-             baru tersebut, DPR
                      BN)  oleh  pemerintah  dari  awal,  melalui        setelah Dekrit Presiden 5
                      penyelenggaraan hubungan dengan depar-
                      temen-departemen yang berkait.                     Juli 1959 kemudian juga

                    2. Memberikan pendapat kepada DPR menge-             memandang perlu untuk
                      nai rancangan anggaran yang diajukan Pre-          mengadakan sebuah
                      siden kepada DPR.
                    3. Mengikuti  pelaksanaan  anggaran  yang  te-       panitia tetap baru yang
                      lah disahkan.                                      dinamakan Panitia

                    4. Mengajukan pendapat ke DPR tentang per-           Anggaran.
                      ubahan anggaran belanja.

                    5. Mengkaji  pertanggungjawaban  anggaran
                      dan memberikan laporan kepada DPR.
                    6. Memberikan pendapat ke DPR mengenai hasil pemeriksaan Ba-
                      dan Pemeriksa Keuangan.


                  Selain  itu  prosedur  pembicaraan  mengenai  RAPBN  juga  ditetapkan
                  dengan  cara  yang  berbeda  dengan  masa  sebelumnya.  Sebelumnya,
                  prosedur pembicaraan mengenai RAPBN ditetapkan baru pada saat
                  DPR akan melakukan pembicaraan mengenai RAPBN. Tetapi, dalam
                  DPR  setelah  Dekrit  Presiden,  pembicaraan  mengenai  RAPBN  harus
                  mengikuti prosedur yang ajek, yang dimulai dari pembicaraan di Pani-
                  tia Anggaran, dilanjutkan pembicaraan di komisi, lalu baru dibicarakan
                  dalam Rapat Pleno DPR. Akan tetapi, ketetapan-ketetapan baru me-
                  ngenai RAPBN di DPR ini kemudian ternyata tidak berjalan sesuai yang
                  diharapkan.


                  Pada Maret 1960, DPR, yang sejak Dekrit Presiden tampak akan me-
                  ngikuti saja kebijakan Presiden Soekarno, secara mengejutkan meno-
                  lak anggaran belanja yang diajukan pemerintah, dalam suatu pameran





                    dpr.go.id                                                                              169
   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181