Page 30 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 30

DARI VOLKSRAAD
                                                                                      KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT (1917-1949)





                  mereka. Jumlah kaum nasionalis yang meragukan manfaat dewan itu
                  cepat meningkat pada awal 1920-an.

                  Meskipun berada di tengah-tengah kritik dari kelompok kiri dan meng-
                  hadapi berbagai persoalan lain, Volksraad tetap bekerja secara efektif
                  dan memiliki tiga afdeling (bagian). Pada bulan-bulan pertama kegi-
                  atan  Volksraad,  mereka  menghadapi  persoalan  kontroversial  yang
                  mengancam keutuhan lembaga tersebut, yakni tentang bahasa resmi
                  yang digunakan di dalam Volksraad.

                  Dalam konteks itu, pada 25 Mei 1918, yaitu pada
                  sidang hari kedua, para wakil Budi Utomo ber-
                  sama dengan anggota Volksraad lainnya meng-
                  ajukan mosi, antara lain menuntut supaya ba-
                  hasa  Melayu  tidak  dikesampingkan.  Berbeda
                  dengan usul Jayadiningrat, Van Hinloopen Lab-
                  berton mengajukan usul yang sedikit berbeda.
                  Labberton  tidak  secara  khusus  menyebutkan
                  bahasa Melayu, melainkan sekedar menganjur-
                  kan untuk menggunakan juga “salah satu baha-
                  sa pribumi” .


                  Alasan di balik mosi Jayadiningrat dan Van Hin-
                  loopen Labberton adalah kepraktisan dalam me-
                  nyampaikan pernyataan mereka di muka dewan.
                  Jika para wakil pribumi mendapat kesempatan
                  yang  sama  untuk  mengemukakan  pendapat
                  mereka  di  depan  Volksraad,  mereka  harus  dii-
                  zinkan  untuk  membahas  persoalannya  dengan
                  bebas menggunakan bahasa ibu mereka. Namun, hal ini mendapatkan            Sidang Pembukaan Volksraad
                                                                                                        tahun 1929
                  tentangan dari pihak Belanda. Bahkan J.E. Stokvis, seorang wakil yang
                  merupakan tokoh sosialis Belanda dan selalu mendukung perjuangan          (Sumber: Bataviaasch Nieuwsblad,
                                                                                                        15 Juni 1929)
                  pribumi, menyatakan bahwa hal tersebut pasti akan menimbulkan ke-
                  kacauan komunikasi luar biasa.

                  Sampai  1927,  Volksraad  hanya  memiliki  tugas  memberikan  nasihat,
                  bukan ikut membentuk undang-undang, juga tidak memiliki hak ini-
                  siatif.  Pemerintah  dapat  meminta  nasihat  kepada  dewan  hanya  jika
                  pemerintah membutuhkan, walaupun dalam beberapa kasus nasihat
                  tersebut  adalah  wajib,  misalnya  dalam  menyusun  anggaran  belanja
                  Hindia-Belanda, juga dalam menyusun ordonansi umum tertentu, se-
                  perti peraturan umum bagi penduduk Hindia-Belanda untuk melakukan





                    dpr.go.id                                                                               23
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35