Page 32 - MAJALAH 103
P. 32

LAPORAN UTAMA




          media  massa  baru  yang  ketika  ORBA  dihantui  politik.
          pembredelan, bermunculan partai­partai politik yang
          ketika ORBA diharamkan, kebebasan berpendapat       Hampir dipastikan selama 15 tahun pasca­jatuhnya
          menemukan tempatnya yang di masa ORBA dibungkam,  Soeharto sampai hari ini tidak ada satupun aktivis 98
          dan masih banyak contoh lain yang di masa ORBA tabu  yang menduduki posisi strategis negara. Aktivis 98 tidak
          dan haram saat ini bebas dilakukan.               diapresiasi oleh elit politik baru. Oleh karenanya pasca­
                                                            jatuhnya Soeharto tidak ada pengawalan langsung oleh
           Jadi, kalau reformasi dianggap gagal di tangan elit  aktivis yang masuk dalam struktur kekuasaan. Sepanjang
          masa kini, ada benarnya. Namun, bila reformasi gagal  15 tahun terakhir ini, jalannya negara dikuasai elit politik
          karena mahasiswa, itu menjadi pertanyaan besar. Ingat,  baru yang cenderung mengkhianati agenda gerakan
          mayoritas penggerak reformasi masih di luar dan belum  ‘98. Elit politik baru lebih asyik bermesraan dengan
          mengambil  alih  peran  kekuasaan.  Zaman  Suharto  “gedung putih” dibanding rakyatnya sendiri.
          buruk, lalu saat ini dianggap lebih buruk, bukan berarti
          kita harus kembali ke era Suharto. Kami tidak mau era   Tidak ada kegagalan dari gerakan ’98, karena gerakan
          Suharto kembali terulang. Namun, kami juga tidak mau  ‘98 sesungguhnya telah berhasil meletakkan fondasi
          hari ini lebih buruk. Reformasi bukan gagal, tapi masih  perubahan  memasuki  episode  ke­5  setelah  1908,
          salah urus dan salah orang. (mh)                  1928, 1945, dan 1966. Gerakan ‘98 telah berhasil
                                                            menghentikan rezim korup dan diktator. Tetapi yang
          Ubedilah Badrun                                   membuat jalannya negara keliru setelah ‘98 adalah elit
          Pelaku Gerakan Reformasi/Mantan Ketua Senat IKIP (UNJ)   politik baru yang tidak berpegang teguh pada agenda
          Jakarta                                           substansi gerakan ‘98. Gerakan 98 dikhianati elit politik
                                                            baru selama 15 tahun.
          Aktivis ’98 Tidak                                 sepanjang 15 tahun juga diwarnai perilaku korup, baik
                                                              Fakta keterkaitan masyarakat dengan kekuasaan
          Diapresiasi                                       dari sisi masyarakat maupun dari sisi elit politiknya.
                                                            Misalnya, mencermati sejumlah kasus Pemilukada
                                                            sejak  2007,  hampir  seluruhnya  melakukan  politik
                                                            transaksional dengan masyarakat. Yang terjadi bukan
           Mimpi  besar  gerakan                            politik relasional yang menumbuhkan relasi yang sehat
          ‘98 sesungguhnya adalah                           dalam membangun demokrasi.
          mengembalikan jalannya
          n e ga r a  p a da  t r a c k                       Manifestasi yang paling mencolok dari korupsi politik
          yang  sebenarnya,  agar                           pada saat pemilu adalah menyuap pemilih secara
          Indonesia menjadi negara                          langsung. Praktik korupsi bisa terjadi pada dua sisi. Sisi
          yang  tidak  korup,  tidak                        pertama, antara partai politik dan kandidat dengan
          diktator, tidak militeristik.                     penyumbang, sedangkan sisi kedua, partai politik dan
          Tetapi  menjadi  negara                           kandidat dengan penyelenggara pemilihan dan pemilih.
          yang  berdaulat  secara                           Praktik politik yang berbiaya mahal dan korup tersebut
          politik melalui demokrasi                         juga menghasilkan pemimpin yang justru seringkali
          khas Indonesia. Berdaulat                         keberadaanya seperti ketua sebuah gerombolan, bukan
          secara ekonomi melalui                            seorang pemimpin tetapi seperti ketua kelompok atau
          implementasi  sistem                              gank.
          e k o n o m i   b e r d a s a r
          pasal 33 UUD 1945. Berdaulat di bidang kebudayaan   Sementara  secara  ekonomi­politik  sepanjang
          melalui desain kebudayaan nasional dengan instrumen  rezim  baru  pasca­1998  sampai  saat  ini  Indonesia
          lembaga pendidikan yang mencerdaskan dan mampu  terus  mengalami  peningkatan  jumlah  utang  yang
          membangun peradaban bangsa.                       memprihatinkan. Sampai saat ini Indonesia dililit utang
                                                            hingga Rp 2.200 triliun atau 251,200 juta dollar Amerika
           Tuntutan  pemberhentian  Presiden  Soeharto,  Serikat. Tren peningkatan utang swasta memiliki risiko
          pemberantasan KKN, mengadili pelanggaran HAM,  pembalikan yang dapat memicu instabilitas ekonomi
          pencabutan dwi fungsi ABRI, dan demokratisasi adalah  Indonesia. Bunga utang dan cicilan utang pokok yang
          agenda populer gerakan ‘98 saat itu sebagai agenda  harus ditanggung oleh pemerintah dan swasta men­
          jangka pendek. Ketika rezim Soeharto jatuh, para  capai 169,118 juta dollar AS atau sekitar Rp 1.620 trilun
          aktivis 98 kembali ke kampus dan setelah lulus kuliah  lebih.
          mereka  menjalani  profesinya  masing  masing,  ada
          yang berprofesi sebagai peneliti, bekerja di perbankan,   Secara ekonomi­politik Republik ini juga dikuasai
          menjadi pebisnis, akademisi, advokat, jurnalis, bergerak  asing. Pihak asing menguasai sektor ekonomi kita
          di LSM dan ada sedikit yang mencoba masuk arena  antara 50,6% sampai 75%, seperti perbankan hingga


          32  PARLEMENTARIA  EDISI 103 TH. XLIII, 2013
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37