Page 15 - MAJALAH 210
P. 15

LAPORAN  UT AMA







              menyerukan Komisi III DPR
              menghapus pasal hukuman mati
              tersebut.
                 Kini, Wakil Ketua MPR RI itu
              berpandangan, hukuman mati
              sudah saatnya dihapuskan. “Saya
              menyampaikan kepada teman-
              teman, hukuman mati sudah saatnya
              di-dismiss atau diberhentikan,”
              ujar Arsul. Menurutnya,
              ketika purpose of law tidak
              dilakukan, misalnya terdakwa
              tidak bebas memilih advokat,
              tidak disediakan penerjemah jika
              dia orang asing, maka, ia tidak
              semestinya dijatuhi hukuman mati.
                 “Itu juga harus dilaksanakan
              dalam konteks sistem peradilan       Saya ingin
              pidana terpadu. Kalau  dalam proses   menyampaikan
              hukum itu tidak dipenuhi, mestinya   kesepakatan DPR
              tidak dijatuhi pidana hukuman
              mati. Konsekuensinya seperti         RI dan pemerintah
              itu,” jelas legislator dapil Jateng X   untuk mengatur
              tersebut. Inilah konteks perubahan   pasal pemidanaan              kelamin atau yang populer disebut
              pandangan yang terjadi soal                                        sebagai kelompok LGBT,” jelasnya.
              hukuman mati di Komisi III DPR.      cabul yang dilakukan             Lesbian, Gay, Biseksual, dan
              Pidana Pencabulan                    bukan saja oleh               Transgender (LGBT) sangat populer
                                                                                 seiring pembahasan RKUHP.
                 Isu yang juga seksi dibahas       orang berbeda jenis           Bahkan, politik hukum yang sedang
              dalam RKUHP ini adalah perbuatan     kelamin, tetapi juga          berjalan juga memperluas konteks
              pencabulan. Dalam KUHP yang kini     sesama jenis kelamin          perbuatan cabul ini. Pemerintah
              masih berlaku, pencabulan belum      atau yang populer             dan DPR, sekali lagi, sepakat
              diatur secara jelas. RKUHP kali ini                                praktik hidup bersama tanpa ikatan
              ingin mengaturnya secara rigid,      disebut sebagai               perkawinan yang sah (kohabitasi)
              karena pidana pencabulan sering      kelompok LGBT                 atau populer disebut ‘kumpul kebo’
              terjadi dan belum ada regulasi                                     dapat dipidana. Konstruksi pidana
              yang secara tegas mengaturnya.                                     ini didesain dengan delik aduan.
                                                   Arsul Sani
              Pencabulan bisa dilakukan ke lain    Anggota Komisi III DPR RI        “InsyaAllah, Komisi III DPR
              jenis atau sesama jenis.                                           RI tidak akan mengubah sikap
                 “Dalam KUHP saat ini, perbuatan                                 politiknya meskipun ada upaya
              cabul yang dilakukan oleh, terhadap,                               untuk mempengaruhi proses
              atau melibatkan sesama jenis tidak   bagaimana ketika korbannya    legislasi lanjutan (carry over)
              jelas pengaturannya. Jadi, politik   sesama jenis?  Pidana pencabulan   RKUHP nanti. Mohon doa dan
              hukum yang hendak diletakkan,    kepada sesama jenis belum diatur   dukungannya,” tutup Arsul.
              memperjelas perbuatan cabul      secara jelas dan tegas. RKUHP        Inilah dua isu seksi pada RKUHP
              oleh dan terhadap siapapun atau   saat ini ingin memperluas pidana   yang sedang dibahas. RKUHP ini
              melibatkan siapa pun (berbeda    pencabulan.                       harus menampung perkembangan
              jenis atau sesama jenis kelamin),   “Saya ingin menyampaikan       zaman. Beragam modus operandi
              merupakan perbuatan pidana,” urai   kesepakatan DPR RI dan         dan kemajuan hukum pidana di
              Arsul.                           pemerintah untuk mengatur pasal   dalam negeri pun diakomodir.
                 Umumnya, pencabulan           pemidanaan cabul yang dilakukan   RKUHP kelak dirasakan betul-
              dilakukan kepada lain jenis (laki-  bukan saja oleh orang berbeda jenis   betul bercitarasa Indonesia, bukan
              laki terhadap perempuan). Nah,   kelamin, tetapi juga sesama jenis   kolonial lagi. lmh/es




                                                                            TH. 2022      EDISI 210      PARLEMENTARIA        15
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20