Page 131 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 131

Mira Novana Ardani: Bagi Hasil Tanah Pertanian (Bawang Merah) ...     123


             penggarap,  Karena  menurut  mereka  hal  tersebut  memang  sudah  menjadi  kebiasaannya,
             sehingga  lebih  sederhana,  tidak  merepotkan  dan  mudah  dimengerti.  Peran  Kepala  Desa
             hanya terbatas apabila terjadi sengketa antara pemilik dan penggarap.
                  Sebagaimana diketahui bahwa bagi hasil pada awalnya adalah merupakan suatu lembaga

             Hukum Adat yang hidup dalam masyarakat, yang hingga saat ini lembaga tersebut masih
             didapati pada daerah-daerah tertentu di Indonesia. Pada prinsipnya, minat seseorang untuk
             melakukan perjanjian bagi hasil dengan ketentuan yang berlaku  yang diukur berdasarkan

             telah  atau  belum  dimulainya  tindakan  untuk  melakukan  perjanjian  bagi  hasil  menurut
             Undang-undang Nomor 2 tahun 1960 merupakan suatu tindakan untuk melakukan suatu
                                                                           15
             pilihan (choice) atau suatu tindakan pengambilan keputusan.
                  Minat, menurut Maria SW. Sumardjana, yang diambil dari Enciclopedi Indonesia  (1984:

             2684), adalah suatu kecenderungan bertingkah laku yang terarah terhadap obyek, kegiatan
             atau  pengalaman  tertentu,  kecenderungan  ini  berada  dalam  intensitasnya  pada  setiap
                       16
             individu.  Minat  seseorang  untuk  mengambil  keputusan  membuat  perjanjian  bagi  hasil
             sesuai  dengan  Undang-undang  atau  tidakakan  di  dasarkan  pada  informasi  tertentu  yang

             mendorong untuk melakukan keputusan di antara alternative yang ada. Informasi tersebut
             yaitu:
                 1.  Informasi tentang kewajiban melakukan perjanjian bagi hasil secara tertulis menurut

                     Undang-Undang
                 2.  Informasi tentang hak dan kewajiban para pihak
                 3.  Informasi tentang perlindungan hukum
                 4.  Informasi tentang prosedur

                  Dalam pelaksanaan bagi hasilnya, masyarakat petani bawang merah di Kabupaten Brebes
             biasanya  menggunakan  istlah  maro,  mertelu  dan  sebagainya,  walaupun  berdasarkan
             penjelasan  dari  Dinas  Pertanian  setempat  bagian  mereka  bervariasi.  Penggarap  yang
             memperoleh  hasil  1/8,  atau  ada  yang  1/7.,  artinya  apabila  bawang  merah  tersebut  laku  8

             kwintal, maka bagian untuk penggarap adalah 1 kwintal, sedangkan bagian untuk pemiliknya
             adalah  7  kwintal.  Bagi  hasil  dengan  sistim  ini  biasanya  pemilik  menyediakan  bibit,  obat,
             pupuk,  dan  tenaga  kerja  atau  kuli  untuk  mengolah  tanah.  Sedangkan  pihak  penggarap

             mengurus tanaman dari mulai penyiraman, pengobatan sampai pada pengendalian hama.
             Namun ada juga yang menggunakan sistim pembagiannya bisa 1/12, artinya 1 untuk Pemilik
             sawah, 11 bagian untuk penggarap, akan tetapi semua biaya (bibit, tenaga, pupuk, pestisida)
             ditanggung oleh penggarap. Selain itu, di daerah lainnya ada yang menerapkan sistim maro,

             yakni setengah untuk pemilik dan setengah untuk penggarap.





                15 .  Maria  SW.Sumardjono,  Pendaftaran  Tanah  AntaraHarapan  Dan  Kenyataan,  Makalah,  Seminar
             NasionalKegunaanSerifikay Dan Penerusnya, Kerjasama BPH Dan FH.UGM, 9 Juni 1992, Yogyakarta.
                16 . Ibid.
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136