Page 155 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 155

Tintin Surtini: Reforma Hukum Agraria Mengenai Penguasaan dan Kepemilikan ...     147


                         1.  Bahan hukum primer, dimulai dari Undang-Undang Dasar 1945 yang memiliki
                                                                                     7
                            otoritas tertinggi, Undang-Undang dan Peraturan Daerah.  Pada penelitian ini
                            akan dianalisis berbagai peraturan peundang-undangan di bidang agraria.
                         2.  Bahan hukum sekunder terdiri dari doktrin-doktrin, pendapat ahli, pendapat-

                            pendapat atau opini masyarakat, hasil penelitian hukum,  kamus, ensiklopedi,
                            yang dapat  digunakan untuk mengkaji sumber-sumber data primer.
                   b. Wawancara

                          Peneliti akan melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait dengan
                      hukum agraria. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan komparatif.

             B.  Pembangunan Mengimplikasikan Kebutuhan Tanah

                  Republik  Indonesia  didirikan  oleh  para  Bapak  Pendiri  Bangsa  untuk  tujuan  mulia,
             menciptakan kemakmuran dan keadilan bagi segenap rakyat Indonesia. Cita mulia itu dicapai
             melalui upaya nyata dan berkelanjutan serta sistematis yang disebut dengan pembangunan.
             Pada masa Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, aktivitas politik dan pembangunan karakter

             bangsa  lebih  menonjol.  Namun  hal  itu  tidak  berarti  Presiden  Soekarno  mengabaikan
             pembangunan  ekonomi,  pertahanan  dan  keamanan  serta  pembangunan  infrastruktur.  Di
             forum politik internasional, Presiden Soekarno menempatkan Indonesia dalam posisi high

             profile.  Indonesia  pun berada  dalam  pusaran spektrum pengaruh  dua  kubu  aliran politik
             dalam  pergaulan internasional. Indonesia pun memimpin negara-negara berkembang untuk
             berada di luar kubu tersebut dengan membentuk Gerakan Non-Blok. Pembangunan politik
             dapat dikatakan mencapai puncaknya.

                  Kemudian Ir. Soekarno digantikan oleh Jenderal TNI (Purn) Soeharto. Gaya kepemim-
             pinan  Presiden  Soeharto  berbeda  dengan  Ir.  Soekarno.  Dalam  masa  kepemimpinannya,
             Soeharto mencanangkan pembangun ekonomi sebagai orientasi politiknya. Secara politik,
             Presiden  Soeharto  menjalankan  politik  otoritarianisme,  tetapi  dalam  bidang  ekonomi,

             Soeharto  melepaskan  cengkeraman  pengaruhnya.  Kunci  ”keberhasilan  Soeharto”  dalam
             memimpin  Indonesia  selama  hampir  32  tahun  adalah  orientasi  ekonomi.  Soeharto  lebih
             memprioritaskan pembangunan ekonomi dan berusaha menyelesaikan konflik dengan nega-

             ra-negara tetangga.
                  Soeharto  tidak  membiarkan  ruang  politik  terbuka.  Karena  perpolitikan  berdampak
             negatif  dan  tidak  kondusif  bagi  pelaksanaan  pembangunan.  Otoritarianisme  Orde  Baru
             ”menghasilkan pembangunan.” Pembangunan di segala  bidang berjalan di sana sini. Industri

             agrobisnis dan industri manufaktur berjalan bersamaan. Swasembada pangan menjadi target
             Pemerintahan Soeharto. Aktivitas pertanian terjadi  di desa-desa dan Indonesia pun berhasil
             mencapai swasembada pangan.




                7  Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2005, hlm.142.
   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160