Page 234 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 234

MEMBANGUN SISTEM PUBLIKASI POSITIF
                              DALAM PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA

                                                   Adi Kurniawan
                                 Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia
                                             adikurniawan.92@yahoo.com

                                                       Abstrak
                Pendaftaran tanah di Indonesia yang menganut sistem publikasi negatif sejak terbentuknya dasar
                hukum  tentang  pendaftaran  tanah  sampai  dengan  saat  ini,  senyatanya  memperlihatkan
                kelemahannya.  Hal  ini  menimbulkan  tuntutan  akan  penyempurnaan  sistem  publikasi  dalam
                pendaftaran tanah di Indonesia sehingga dapat memberikan kepastian hukum bagi pemegang hak
                atas tanah yang tercantum dalam sertipikat. Sistem publikasi yang dianut yaitu sistem negatif yang
                mengandung unsur positif. Hal ini dapat dibuktikan dengan berlakunya sertipikat sebagai alat bukti
                yang kuat bukan mutlak. 3Sistem pendaftaran yang berlaku di Indonesia adalah sistem pendaftaran
                hak, secara paralel dapat dikatakan sistem publikasinya adalah positif, meskipun tentu tetap ada
                kekurangan di dalamnya, namun secara hakikat penjaminan kepastian hukum, serta perlindungan
                terhadap pemegang hak atas tanah dapat terpenuhi.
                Kata Kunci : Pendaftaran Tanah, Sistem Pendaftaran Tanah, Sistem Publikasi


             A. Pendahuluan
             Latar Belakang
                  Dianutnya sistem publikasi negatif dalam pendaftaran tanah di Indonesia, berlandaskan
             pada  asas  Nemo  Plus  Juris,  yaitu  “tiada  seorangpun  yang  dapat  menyerahkan  hak  lebih

             daripada jumlah hak yang ada padanya.” Sebaliknya, terjadi juga kepada subyek hukum yang
             benar memiliki tanah secara materil namun karena bukti yang dimiliki tidak dicatat akhirnya
             harus  rela  digugat  di  pengadilan  karena  tidak  dilaksanakannya  administrasi  pertanahan
                          1
             dengan baik.  Dengan kata lain, subyek hukum pemegang hak atas tanah masih rentan atas
             upaya pengambilalihan hak atas tanahnya, terlebih bagi pemegang hak atas tanah namun
             tidak memiliki bukti kepemilikannya.
                  Diadakannya pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia pun dijelaskan

             dalam  Undang-Undang  No. 5  Tahun  1960  tentang  Peraturan  Dasar  Pokok-Pokok  Agraria
             (UUPA) yaitu guna menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah. Secara garis besar kegiatan
             pendaftaran tanah terdiri atas pengukuran atas tanah, pendaftaran/peralihan hak-hak atas
                                                                                 2
             tanahnya, dan pemberian surat tanda bukti hak berupa sertipikat.  Kepastian hukum yang
             diperoleh oleh pemegang hak atas tanah dituangkan dalam buku tanah berupa data fisik dan
             data yuridis dari bidang tanah yang dikuasainya. Sampai di titik ini hulu dan hilir dari proses
             pendaftaran tanah terlihat jelas untuk menjamin kepastian hukum dari kepemilikan tanah

             oleh subyek hukum.

                1   Arie  Sukanti  Hutagalung,  Perihal  Jaminan  Perlindungan  dan  Kepastian  Hukum  sebagai  Refleksi
             Kelebihan  dan  Kelamahan  Sistem  Pendaftaran  Tanah,  dalam  buku  Dinamuka  Pemikiran  Tentang
             Pembangunan Hukum Tanah Nasional, (Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2016), hlm. 60.
                2  Indonesia, Undang-Undang Pokok Agraria, UU No. 5 Tahun 1960, LN No. 104 TLN No. 2043, Pasal 19
             ayat (1) dan (2).
                                                          226
   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239