Page 236 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 236

228    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



                  Alih-alih untuk menjamin kepastian hukum pada pemegang hak atas tanah, namun pada
             kenyataannya,  masih  sering  dijumpai  sengketa  atau  konflik  pertanahan  seperti  tumpang
             tindih atau overlapping yang disebabkan dari data fisik dan data yuridis yang disajikan dalam
             buku tanah sertipikat senyatanya masih dapat menimbulkan kerugian bagi orang lain yang

             mungkin senyatanya berhak atas hak atas tanah tersebut.
                  Sistem publikasi negatif yang berdasar pada asas Nemo Plus Juris memberikan penjelasan
             bahwa adanya bentuk perlindungan terhadap pemegang hak, hanya saja pemberlakuannya

             tidak secara murni dianut melainkan melakukan kombinasi silang dengan sistem publikasi
             positif, sebagaimana dijelaskan secara eksplisit dalam penjelasan Pasal 32 ayat (2) PP Pendaf-
             taran Tanah. Bukan tanpa alasan memang, terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing-
             masing sistem publikasi pendaftaran tanah.

                  Permasalahan  terkait  sistem  publikasi  ini  memang  tidak  secara  langsung  menjadi
             perhatian utama masyarakat, karena sepanjang memang hak-hak mereka merasa terpenuhi
             maka tidak menjadi persoalan. Padahal masih terdapat kemungkinan untuk adanya kebe-
             ratan atau gugatan dari pihak ketiga. Hal lain yang juga seharusnya menjadi perhatian lebih

             lanjut  adalah  keaktifan  dari  pegawai  Kantor  Pertanahan  dalam  melakukan  penyelidikan
             riwayat tanah sebelum diterbitkan sertipikat, yang sebenarnya sudah ada pedomannya beru-
             pa peraturan teknis yang akan dibahas lanjut dalam penulisan ini.

                  Dalam  Yurisprudensi  Mahkamah  Agung  (MA)  Nomor  459/K/Sip/1975  tertanggal  18
                             7
             September 1975 , yang menjelaskan argumentasi yuridis tentang sistem publikasi pendaftaran
             tanah di Indonesia, yaitu:

                  Mengingat  stelsel  negatif  tentang  register/pendaftaran  tanah  yang  berlaku  di  Indonesia,  maka
                  terdaftarnya  nama  seseorang  di  dalam  register  bukanlah  berarti  absolut  menjadi  pemilik  tanah
                  tersebut apabila keabsahannya dapat dibuktikan oleh pihak lain

                  Berdasar Yurisprudensi MA tersebut sekali lagi menimbulkan kerancuan bagi pemegang

             hak,  dengan  kata  lain  sistem  publikasi  negatif  tidak  serta  merta  memberikan  kepastian
             hukum bagi pemegang hak atas tanah.
                  Suatu pendapat tentang sistem publikasi pendaftaran tanah dari sudut pandang lain,
             yaitu dikemukakan oleh Irawan Soerodjo, dimana menurutnya bahwa sistem pendaftaran

             tanah positif menganut faham bahwa apa yang sudah terdaftar dijamin kepastiannya dan
             merefleksikan  keadaan  yang  sebenarnya.  Faham  tersebut  menguatkan  posisi  subyek  hak
             maupun obyek haknya. Subyek hak yang terdaftar sebagai pemegang hak atas tanah merupa-

             kan pemegang hak yang sah menurut hukum dan tidak bisa diganggu gugat dengan dasar
                                      8
             atau alasan apapun juga.  Berdasar pandangan tersebut, dapat terlihat jelas ketegasan dalam
             hal penjaminan terhadap kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah.




                7  Ibid., hlm. 69.
                8  Ibid., hlm. 72.
   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241