Page 275 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 275

Bambang Slamet Riyadi: Program Sertifikasi Tanah dalam Rangka Kepastian Hukum ...     267


             penggunaan tanah lebih dari 25 tahun, adalah merupakan kebijakan dari pemerintah dalam
             rangka peningkatan penanaman modal untuk mengubah potensi ekonomi menjadi suatu
             kekuatan yang riil, baik menggunakan modal yang bersumber dari dalam negeri maupun luar
                     14
             negeri.  Undang  Undang  Penanaman  Modal  berusaha  untuk  mengakomodir  peraturan-
             peraturan  yang  ada  sebelumnya,  seperti  UU  No.  1  Tahun  1967  jo.  UU  No.  11  Tahun  1970
             tentang Penanaman Modal Asing, dan UU No. 6 Tahun 1968 jo UU No. 12 Tahun 1970 tentang
             Penanaman Modal Dalam Negeri. Aturan dalam UU Penanaman Modal diperlakukan bagi

             penanaman modal di seluruh Indonesia, dengan ketentuan hanya terbatas pada penanaman
             modal secara langsung, kebijakan mengenai penanaman modal ini bertujuan menciptakan
             penanaman  modal  yang  kondusif,  promotif,  memberikan  kepastian  hukum  dan  efisien
                                                                  15
             dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
                  Tanah merupakan sumber daya penting dan strategis karena menyangkut hajat hidup
             seluruh  rakyat  Indonesia  yang  sangat  mendasar.  Di  samping  itu,  tanah  juga  memiliki
             karakteristik  yang  bersifat  multi-dimensi,  multi-sektoral,  multi-disiplin  dan  memiliki
             kompleksitas yang tinggi. Sebagaimana diketahui masalah tanah merupakan masalah yang

             sarat dengan berbagai kepentingan, baik ekonomi, sosiai, politik, bahkan untuk Indonesia,
             tanah juga mempimyai nilai religius yang tidak dapat diukur secara ekonomis. Sifat konstan
             tanah  dan  terus  bertambahnya  manusia  yang  membutuhkan  tanah  semakin  menambah

             tinggi nilai tanah.
                  Secara yuridis, kebijakan dasar pertanahan di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang
             Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok-Agraria (UUPA). Pengelolaan
             pertanahan melalui mekanisme penataan penggunaan tanah, pengaturan penguasaan tanah,

             pengurusan hak tanah, dan pendaftaran tanah. Dalam UUPA ditetapkan jenis-jenis hak atas
             tanah:  Hak  Milik,  Hak  Guna  Usaha,  Hak  Guna  Bangunan,  Hak  Pakai,  Hak  Sewa,  Hak
             Membuka Tanah dan Memungut Hasil Hutan, Hak-Hak Lain yang sifatnya sementara, Hak
                                                                                         16
             Guna Air, Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan, Hak Guna Ruang Angkasa.
                  Berdasarkan  hasil  penelusuran  penulis  tentang  pensertifikatan  tanah  di  Indonesia,
             diperoleh data bahwa jumlah tanah yang telah bersertifikat secara nasional baru mencapai
                     17
             54,46%.  Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak tanah-tanah, baik yang berupa tanah
             pekarangan maupun tanah pertanian yang belum mempunyai sertifikat dan belum terdaftar
             di sistem manajemen pertanahan Badan Pertanahan Nasional (BPN).
                  Secara  sosiologis,  program  pensertifikatan  tanah  pada  dasarnya  dapat  mendukung
             pengembangan investasi di masing-masing daerah, akan tetapi ada peraturan perundang-

             undangan  yang  justru  dapat  menghambat  pengembangan  investasi  khususnya  yang


                14  Usman, Marzuki, et.al., 1990, ABC Pasar Modal Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, hlm. 67.
                15  Ibid.
                16  Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
             Tahun 2013.
                17  Ibid.
   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280