Page 279 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 279

Bambang Slamet Riyadi: Program Sertifikasi Tanah dalam Rangka Kepastian Hukum ...     271


                  Tanah  selain  mempunyai  nilai  batiniah  yang  mendalam  bagi  rakyat  Indonesia,  juga
             berfungsi  sangat  strategis  dalam  memenuhi  kebutuhan  negara  dan  rakyat  yang  semakin
             beragam dan meningkat, baik dalam tingkat nasional maupun dalam hubungannya dengan
             dunia internasional. Walaupun pada umumnya tanah dapat diperjualbelikan, namun dalam

             pandangan orang Indonesia yang belum dipengaruhi oleh konsepsi pemikiran dunia Barat,
             tanah bukan komoditi perdagangan, sebagaimana yang tampak dari sikap dan perbuatan
             sebagian pengusaha dalam melakukan kegiatan ekonominya. Tanah bukanlah obyek inves-

             tasi, lebih-lebih dijadikan obyek spekulasi. Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa
             kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan
             penghidupan  bangsa  sepanjang  masa  dalam  mencapai  sebesar-besar  kemakmuran  rakyat
                                                 28
             yang terbagi secara adil dan merata.
                  Tanah dalam pengertian hukum adalah permukaan bumi, hal ini dapat dipahami melalui
                                       29
             ketentuan Pasal 4 UUPA,  yang selengkapnya dirumuskan: “Atas dasar hak menguasai dari
             negara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak
             atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh

             orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan
             hukum”.
                  Dalam KUHPdt, untuk tanah disebut dengan istilah yang lazim digunakan adalah Grond

             atau Grond Eigendom, yaitu “Tanah” atau “Hak Milik Atas Tanah”. Namun karena KUHPdt.
             tidak  berlaku  bagi  golongan  pribumi,  maka  istilah  Grondrechten  untuk  Hukum  Tanah
             menjadi tidak lazim digunakan bagi penduduk pribumi. Seiring dengan berlakunya undang-
             undang agraria Hindia Belanda, yaitu Agrarische Wet 1870, yang kemudian diterjemahkan

             menjadi Hukum Agraria, selanjutnya istilah Hukum Agraria menjadi lazim digunakan hingga
                                                                           30
             kini. Sedangkan istilah Hukum Tanah tidak lazim digunakan.

             2.  Pendaftaran Tanah

                  Seperti diketahui bahwa pendaftaran tanah adalah bertujuan untuk memperoleh suatu
             bentuk  kepastian  hukum  dan  kepastian  hak  bagi  pemegang  hak-hak  atas  tanah.  Dengan
             adanya pendaftaran tanah ini diharapkan bahwa seseorang pemegang hak atas tanah akan

             merasa aman tidak ada gangguan hak yang dipunyai atas sebidang tanah. Perbuatan hukum
             dan pendaftaran tanah ini adalah merupakan suatu bentuk dari peristiwa hukum yang sangat
             dimiliki oleh seseorang. Hak kepedataan ini jika ditinjau secara mendalam merupakan suatu
             bentuk pengejawantahan dari substansial Hak Asasi Manusia (HAM) yang dimiliki seseorang

             yang harus dijunjung tinggi dan dihormati oleh orang lain.


                28  Tap MPR RI No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
                29  Budi Harsono, 2003, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional Dalam Hubungannya Dengan
             Tap MPR RI IX/MPR/2001, Universitas Trisakti, Jakarta, hlm. 3.
                30  Herman Soesangobeng, 2001, Materi Perkuliahan Hukum Agraria Lanjutan, Program S2 Magister STIH
             “IBLAM” Jakarta.
   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284