Page 278 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 278

270    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



             dalamnya. Bahkan tercakup pula di dalamnya ruang angkasa sungguhpun dalam penerapan-
             nya terbatas pada “tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa guna usaha-usaha meme-
             lihara dan memperkembangkan kesuburan bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung
                                                                            23
             di dalamnya dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan itu”.  Hukum Agraria dalam arti
             luas merupakan suatu kelompok berbagai bidang hukum, yaitu hukum tanah, hukum air,
             hukum pertambangan, hukum perikanan dan mungkin hukum ruang angkasa, hukum ke-
             hutanan mungkin tercakup juga di dalamnya.

                  Sebutan Hukum Agraria dalam lingkungan Pendidikan Tinggi Hukum umum dipakai
             dalam  arti  Hukum  Tanah  (dalam  bahasa  Inggris  disebut  Land  Law  atau  The  Law  of  Real
             Property),  yaitu  cabang  Tata  Hukum  Indonesia  yang  mengatur  hak-hak  penguasaan  atas
             tanah. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

             nasional kita (UUPA), sejak diundangkan pada tanggal 24 September 1960 sampai saat ini
             karena  kurang  sosialisasi  menimbulkan  kekurangpahaman  mengenai  latar  belakang  dan
             konsepsi  yang  mendasari  pembentukan  UUPA  telah  menimbulkan  relatif  masih  banyak
             persepsi yang keliru mengenai UUPA sendiri serta tafsiran yang keliru mengenai ketentuan-

                            24
             ketentuannya.
                  Untuk memahami hubungan antara ilmu hukum dengan hukum positif yang sinonim
             dengan tata hukum, perlu ditinjau sejenak unsur-unsur hukum yang meliputi unsur riel dan

             unsur idiil. Unsur riel terdiri dari manusia, kebudayaan dan lingkungan alam. Unsur idiil
             meliputi hasrat susila dan rasio manusia sebagai unsur idiil akan menghasilkan asas-asas
                                                                                       25
             hukum (rechts beginzelen) misalnya asas pemerataan, asas keadilan sosial.
                  Sedangkan ratio manusia menghasilkan pengertian-pengertian hukum (rechtsbegrippen)

             misalnya mengenai subjek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum
             dan objek hukum. Dalam pengertian Hukum Pertanahan Nasional inilah kita relevan mem-
             bicarakan  tentang  konsepsi  atau  konsep-konsep  yang  mendasari  Hukum  Pertanahan
             Nasional dalam menyempurnakan Hukum Pertanahan itu sendiri.

                  Pasal 3 UUPA menegaskan pengakuan adanya hak ulayat selama masih ada, namun Ter
             Haar Bzn, menyatakan dengan tegas, bahwa untuk memberikan perlindungan kepada suatu
             perbuatan  hukum  dalam  suatu  transaksi  tanah,  diperlukan  kerjasama  dari  kepala-kepala

             masyarakat  atau  Kepala  Desa  bahwa  mereka  akan  bertanggung  jawab  terhadap  transaksi
                      26
             tersebut , bahwa transaksi akan “terang” dan “tunai” atau menurut orang Batak di Bagasan
             Adat dan dalam lalu lintas hukum yang “terbuka” dan “terjamin”, dan Kepala Desa tersebut
                                                                             27
             diberi sejumlah uang yang disebut pago-pago pada orang Batak.




                23  Ari Sukanti Sumantri, 2003, Pidato Pengukuhan Guru Besar FHUI, Jakarta, 17 September 2003.
                24  Budi Harsono, Op. Cit., hlm. 4-5.
                25  Pasal 6, 7, 10 dan 11 Undang-Undang Pokok Agraria.
                26  Ter Haar Bzn Mr, 1950, Benginselen en Stelsel van Adat Recht 1, B Walter Groningen, Jakarta, hlm. 80.
                27  Ibid.
   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283