Page 306 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 306

298    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



             pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
             Untuk Kepentingan Umum menetapkan bahwa objek pengadaan tanah adalah tanah, ruang
             atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau
             lainnya  yang  dapat  dinilai.  Penilaian  besarnya  nilai  Ganti  Kerugian  oleh  Penilai

             sebagaimana menurut Pasal 33 Undang-Undang tersebut dilakukan bidang per bidang tanah,
             meliputi:
               a.  Tanah

               b. Ruang atas tanah dan bawah tanah
               c.  Bangunan
               d. Tanaman
               e.  Benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau

               f.  Kerugian lain yang dapat dinilai
                  Ketentuan Pasal 1 dan Pasal 33 tersebut menjadi persoalan. Kedua pasal itu dimaknai
             bahwa antara tanah dengan benda di bawah tanah menganut asas pelekatan. Seolah-olah
             ruang bawah tanah dapat dimiliki oleh pemegang hak. Padahal hak atas ruang bawah tanah

             sampai saat ini belum ada pengaturannya. Berbeda dengan benda/bangunan yang melekat di
             atas tanah yang dapat diberikan dengan HGB sekunder, Hak Pakai sekunder atau Hak Sewa.
             Ruang bawah tanah yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan tanah di atasnya,

             maka  ruang  bawah  tanah    adalah  milik  rakyat  Indonesia  bersama  (hak  milik  kolektif
             Indonesia),  yang  kewenangan  mengaturnya  diserahkan  kepada  negara.  Dengan  demikian
             terdapat  hubungan  hukum  antara  ruang  bawah  tanah  dengan  negara,  bukan  dengan
             perorangan.

                  Dalam mempelajari UUPA tidak bisa digunakan alam pikiran hukum barat. Hukum barat
             menentukan bahwa bangunan dan tanaman yang ada di atasnya, ruang di bawah tanah dan
             merupakan satu kesatuan dengan tanah merupakan bagian dari tanah yang bersangkutan.
             Maka hak atas tanah dengan sendirinya, karena hukum, meliputi juga pemilikan bangunan

             dan tanaman yang ada di atas tanah yang dihaki, kecuali kalau ada kesepakatan lain dengan
             pihak  yang  membangun  atau  menanamnya.  Perbuatan  hukum  mengenai  tanah  dengan
             sendirinya  meliputi  tanaman  dan  bangunan,  karena  hukum  meliputi  juga  tanaman  dan

             bangunan yang ada di atasnya.
                  Dalam  kepemilikan  tanahnya  yang  berpangkal  dan  berpusat  pada  hak  individu  atas
             tanah yang bersifat pribadi semata-mata. Dalam arti bahwa dalam pelaksanaannya kepen-
             tingan pribadilah yang menjadi satu-satunya tujuan dan pedomannya. Kepentingan priba-

             dilah  yang  menentukan  apakah  tanah  yang  dimiliki  akan  digunakan  atau  tidak.  Jika
             digunakan,  dalam  menentukan  peruntukan  dan  cara  penggunaannya,  kepentingan  dan
                                                                             4
             kebebasan pribadilah yang menjadi tolok ukur dan penentunya.



                  4  Ibid., hlm. 61.
   301   302   303   304   305   306   307   308   309   310   311