Page 309 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 309

Novina Sri Indiraharti: Perlukah Asas Pemisahan Horisontal dalam ...     301


                  Menjadi  permasalahan  juga  bahwa  sampai  saat  ini  belum  ada  payung  hukum  yang
             mengatur  mengenai  hak  guna  ruang  bawah  tanah.  Namun  di  dalam    Peraturan  Menteri
             Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi
             dan  Tata  Kerja  Kementerian  Agraria  dan  Tata  Ruang/Badan  Pertanahan  Nasional,

             Kementerian  ini  telah  merumuskan  dan  melaksanakan  kebijakan  yang  berkaitan  dengan
             pemanfaatan ruang bawah tanah dengan membentuk Sub Direktorat Pendaftaran Hak Guna
             Ruang dan Perairan, yang di dalamnya terdapatnya Seksi Pendaftaran Hak Guna Ruang Atas

             dan Bawah Tanah.  Salah satu tugas dari Sub Direktorat ini adalah melakukan pendaftaran
             Hak Guna Ruang Bawah Tanah. Padahal sampai sekarang belum ada peraturan perundang-
             undangan yang mengatur tentang Hak Guna Ruang Bawah Tanah tersebut.





























                                          11
                  Maria S.W. Sumardjono  berpendapat bahwa Pasal 4 UUPA sudah cukup dapat meng-
             akomodasi pemberian hak terhadap ruang bawah tanah melalui cara berpikir analogi dan

             interpretasi ekstensif. Sampai saat ini yang sudah diatur adalah lembaga hak atas tanah yang
             meliputi  permukaan  bumi  dengan  ruang  bawahnya  sekedar  diperlukan.  Pasal  16  UUPA
             sebagai pelaksanaan dari Pasal 4 UUPA hanya menetapkan hak-hak atas tanah, hak-hak atas

             air dan ruang angkasa. Sedangkan hak-hak yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di
             atas akan ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 16 ayat (1) huruf h UUPA).
                  Berdasarkan  dua  permasalahan  di  atas,  perlu  kiranya  dilakukan  pembaruan  agraria
             untuk  mengukuhkan  asas  pemisahan  horizontal  dalam  pemanfaatan ruang  bawah  tanah.

             Pembaruan  yang  dimaksud  dengan  menata  kembali  penguasaan  dan  pemilikan  tanah
             (termasuk  ruang  bawah  tanah)  sebagaimana  diatur  dalam  Ketetapan  MPR  RI  Nomor
             IX/MPR/2001  tentang  Pembaruan  Agraria  dan  Pengelolaan  Sumber  Daya  Alam.  Menurut



                  11  Periksa Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan, Antara Regulasi dan Implementasi, (Jakarta:
             Kompas, 2007), hlm. 123-127.
   304   305   306   307   308   309   310   311   312   313   314