Page 85 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 85

Sunaryo Basuki: Aspek Legal Permasalahan Hukum Tanah Hak Pengelolaan ...     77


                   d. Investor  sebagai  pemegang  hak  dapat  menjadikan  HGB  atas  bagian  tanah  Hak
                      Pengelolaan,  dapat  dibebani  Hak  Tanggungan  sebagai  jaminan  pelunasan  kredit
                      konstruksi  yang  diberikan  kepada  pengembang,  dengan  syarat  kredit  konstruksi
                      tersebut harus telah dilunasi pengembang sebelum jangka waktu HGB berakhir.

                   e.  Investor mengelola bangunan yang setelah selesai dibangun (apartemen, perkan-
                      toran, rumah sakit) selama masa konsesi, dalam rangka pengembalian investasinya.
                   f.  Apabila masa konsesi telah berakhir investor wajib menyerahkan objek BOT berikut

                      bidang tanahnya kepada pemilik tanah.
                   g.  Apabila investor akan melanjutkan pengelolaan objek BOT dapat ditindak lanjuti
                      dengan Perjanjian KSO (Perjanjian Kerjasama Operasi).
                  Akibat hukum setelah Peraturan Menteri Dalam Negeri (PMDN) No. 1 Tahun 1977 dinya-

             takan tidak berlaku lagi. Apa konsekuansinya ?
                   a) PPKK  tidak  mungkin  lagi  memberikan  HGB  di  atas  tanah  Hak  Pengelolaan  oleh
                      karena  itu  tidak  mungkin  lagi  adanya  perjanjian  kerjasama  pemanfaatan  tanah
                      dengan investor (swasta) dalam bentuk BOT.

                   b) Jikalau menggunakan bentuk kerjasama pemanfaatan atas dasar BTO (Build-Transfer
                      and Operate) atau BOO (Build, Owned and Operate) seperti yang ditetapkan dalam
                      PMK  No.  96,  tidak  menarik  minat  investor,  karena  unit-unit  (SRS-nya)  apabila

                      dibangun rumah susun menjadi milik Negara dan tidak dapat dijual, hanya mungkin
                      disewakan saja.
                      Demikian pula menurut ketentuan:
                      1)  Pasal  62  ayat  (3)  Peraturan  Menteri  Keuangan  RI  No.  78/PMK.06/2014  (mulai

                         berlaku tanggal 30 Nopember 2014) menyatakan sebagai berikut: “Tanah, gedung,
                         bangunan, sarana dan fasilitas yang dibangun oleh mitra Kerjasama Pemanfaatan
                         (KSP)  merupakan  hasil  KSP  yang  menjadi  BMN  sejak  diserahkan  kepada
                         Pemerintah sesuai perjanjian atau pada saat berakhirnya perjanjian”.

                      2)  Pasal 105 Peraturan Menteri Keuangan RI No. 78/PMK.06/2014, juga menyatakan
                         hal  yang  sama,  sebagai  berikut:  “Gedung,  bangunan,  sarana  dan  fasilitas
                         sebagaimana di maksud pada ayat (1) adalah hasil dari BGS atau BSG, menjadi BMN

                         sejak  diserahkan  kepada  Pemerintah  sesuai  dengan  perjanjian  atau  pada  saat
                         berakhirnya perjanjian kerjasama tersebut.”
                   c)  Apabila dimungkinkan maka investor dapat menyewa tanah HGB tersebut untuk
                      jangka waktu 50 tahun, apakah mungkin unit-unitnya (SRS) yang selesai dibangun

                      dapat dijual tanpa tanah hak bersamanya?
                      Sebagaimana diketahui unit-unit (SRS-SRS) dapat dijual tanpa tanahnya sebagai-
                      mana disebutkan dalam pasal 18, 19, dan 21 UU No. 20 Tahun 2011 (tentang Rumah

                      Susun), yaitu Barang Milik Negara atau Daerah dapat dimanfaatkan dengan  cara
                      sewa  atau  kerjasama  pemanfaatan  dengan  syarat  bahwa  HGB  tersebut  sebagai
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90