Page 91 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 91

DIMENSI HUKUM PERCEPATAN REFORMA AGRARIA
                                      UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT

                                                Endang Pandamdari
                                      Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti


                                                       Abstrak
                Ketimpangan penguasaan tanah menyebabkan dilaksanakannya landreform di Indonesia. Namun
                pelaksanaan  landreform  yang  belum  mampu  mewujudkan  kesejahteraan  rakyat  menyebabkan
                pemerintah melaksanakan  reforma agraria sebagai penyempurnaan landreform ditambah adanya
                akses  reform.  Saat  ini  pemerintah  menetapkan  percepatan  reforma  agraria  melalui  legislasi  dan
                redistribusi tanah, serta pelaksanaan perhutani sosial. Keberhasilan percepatan reforma agraria ter-
                sebut  memerlukan  dilakukannya  harmonisasi  hukum  dan  sikronisasi  hukum,  penguatan  kelem-
                bagaan/aparat,  peningkatan  budaya  hukum,  pemenuhan  ketersediaan  sarana  atau  fasilitas,  dan
                peningkatan kualitas masyarakat.

             A. Pendahuluan

                  Jumlah  penduduk  Indonesia  menurut  sensus  penduduk  berjumlah  250  juta  manusia,
             dimana sebagian besar masuk dalam kategori masyarakat miskin. Konsentrasi masyarakat
                                                                                          1
             miskin tersebut berada di pedesaan, kurang lebih berkisar 62% penduduk.  Yang menarik
             ternyata 90% rakyat miskin di pedesaan tersebut adalah pekerja keras. Menjadi tanda tanya
             mengapa  rakyat  yang  sudah  bekerja  keras  tetap  hidup  dalam  kemiskinan.  Di  sisi  lain,
             ditemukan 0,2 % penduduk Indonesia menguasai 56 % asset nasional, dimana asset nasional
             tersebut 87 % dalam bentuk tanah. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia, terdapat sedikit

             orang  yang  menguasai  tanah  terlalu  banyak,  dan  terlalu  banyak  orang  menguasai  tanah
             terlalu sedikit, bahkan ada yang tidak menguasai apa-apa.
                  Realita ini tegas memperlihatkan adanya ketimpangan penguasaan tanah, padahal Pasal
             33 ayat (3) UUD RI 1945 menyatakan bahwa politik agraria nasional ditujukan bagi sebesar-

             besarmya kemakmuran rakyat. Melalui UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
             Pokok Agraria, dan peraturan pelaksanaannya telah diatur upaya mewujudkan kemakmuran
             rakyat di bidang pertanahan, tetapi implementasi yang diharapkan belum terwujud.
                  Pada tanggal 9 Nopember 2001 ditetapkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

             Republik Indonesia No IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber
             Daya  Alam,  dimana  salah  satu  arah  kebijakan  pembaruan  agraria  adalah  melaksanakan
             penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (landreform)

             yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat.
                  Namun  hasil  yang  diharapkan  juga  belum  maksimal,  oleh  karena  itu  diberlakukan
             Peraturan Presiden No 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017.
             RKP ini merupakan penjabaran tahun ketiga pelaksanaan Peraturan Presiden No 2 Tahun



                1  Joyo Winoto, “Tanah Untuk Keadilan dan Kesejahteraan”, Keynote Speech Kepala Badan Pertanahan
             Nasional dalam Simposium Dewan Guru Besar Universitas Indonesia, Depok, 12 Mei 2010.
                                                          83
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96