Page 113 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 113

Hilmar Farid, dkk.
            arujang) diserahkan kepada administrator kabupaten dan kawedanan.
            Sementara itu, tanah jabatan (galung akarunyang) diserahkan kepada
            pangeran, dan para pimpinan masyarakat serta kampung yang berkola-
            borasi. Dengan demikian luas tanah yang dikuasai oleh penguasa atas
            masyarakat mungkin berkurang tetapi tanah yang dikuasai bersama
            keluarga sebagai milik pribadi meningkat (Poelligomang 2004: 138).

                Penaklukan atau ekspedisi militer tidak hanya berlangsung di kota
            Makassar dan sekitarnya, akan tetapi pasifikasi militer terjadi juga di
            pedalaman dataran rendah seperti Pare-Pare. Ekspedisi militer itu ber-
            langsung tahun 190, setelah mereka menaklukan penguasa-penguasa
            pribumi, kemudian mengangkat kepala pribumi yang mau berkolaborasi.






















               Tentara Kerajaan Belanda sedang beristirahat di Pare-Pare tahun 1905,
                                     Koleksi KITLV
                Perubahan lain yang terjadi setelah penaklukan Belanda terhadap
            daerah pesisir Sulawesi dan dataran rendah adalah dengan dibentuknya
            batas-batas teritorial kampung. Makna asli dari kampung di pesisir Sula-
            wesi Selatan adalah tempat bermukimnya sejumlah keluarga dan kerabat.
            Namun, setelah ditaklukan kolonial kampung mempunyai batas-batas
            teritori dan masing-masing kampung mempunyai kepala kampung (hofd)
            yang digaji sececara tetap. Kepala kampung selain sebagai pengumpul
            pajak, juga sebagai menjaga keamanan dan ketertiban yang dbantu oleh
            polisi lapangan. Negara kolonial ingin membaca dengan jelas apa yang dimi-
            liki penduduk agar lebih melancarakan perolehan surplus dari mereka.

            104
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118