Page 114 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 114

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               Dataran Tinggi dan Pemagaran Tanah

                   Dewasa ini penduduk dataran tinggi bagian tengah Sulawei mena-
               nam kokoa,kelapa sawit,  dan cengkeh. ketiga tanaman itu adalah jenis
               tanaman ekspor. Sebelumnya mereka menanam tanaman tembakau dan
               kopi untuk ditukarkan dengan pakaian, garam dan minyak kelapa di
               pesisir. Juga, mereka menanam beras dan jagung berdampingan dengan
               kopi atau tembakau. Sementara itu, untuk daerah-daerah pedalaman
               pegunungan, hutan-hutannya secara alamiah menghasilkan rotan, kopal
               (sejenis damar), kayu dan tanaman obat. Masyarakat adat seperti orang-
               orang Katu di Lindu mempunyai tradisi mengatur kelompok-kelom-
               poknya yang akan memanen rotan. Juga, penarikan rotan tidak diizinkan
               pada satu tempat, tetapi berpindah ke tempat lainnya.  Masyarakat adat
               di Lindu mempunyai dan memegang aturan-aturan adat dan itu sudah
               berlangsung ratusan tahun. Sementara itu, orang-orang Lauje yang men-
               diami Tinombo-Tomini sudah hidup berpencar sebagian mendiami
               pedalaman pegunungan dan lereng-lereng bukit dan sebagian dari elit-
               elit aristokrasinya tinggal di pesisir. Elit-elit aristokrasi Lauje meman-
               dang orang-orang pedalam pegunungan sebagai orang-orang yang tidak
               patuh dan susah di atur. Kehidupan masyarakat adat mempunyai syarat
               pegangan artikulasi ikatan kolektif yang mudah dimengerti oleh penda-
               tang dan orang luar. (Li 2000). Persyaratan itu yang belum dimiliki oleh
               orang-orang Lauje. Berbeda dengan masyarakat adat Lindu di dataran
               tinggi Sulawesi Tengah pada 1994 pernah menentang proyek pem-
               bangunan negara yang disponsori oleh korporasi untuk membangun
               dam hindrolik di danau Lindu. Proyek itu juga berencana untuk mentran-
               smigrasikan masyarakat Lindu yang tinggal di sekitar danau. Mereka
               mendapat dukungan dari masyarakat luas seperti guru-guru sekolah
               misi, mahasiswa, masyarakat kota Palu dan NGO masyarakat adat.

                   Dari kedua masyarakat dataran tinggi di Sulawesi Tengah itu terda-
               pat perbedaan yang mencolok. Petani-petani Lindu yang nampak makmur
               tetapi tidak begitu kaya dan masyarakat Lauje yang kehidupan miskin
                              4
               dan ter-belakang.  Akan tetapi kedua masyarakat di dataran tinggi itu
                   4  Tania Li menguraikan keterbelakangan orang-orang Lauje yang berjumlah sekitar
               40.000 orang hampir rata-rata tidak bisa baca tulis dan tidak bisa berbahasa Indonesia.
                                                                        105
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119