Page 14 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 14

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               sampai UU Pokok Agraria 1960. Walau mungkin ada alasan-alasan praktis
               yang melatari kecenderungan ini, nampaknya fokus kepada hukum
               agraria ini didorong oleh anggapan bahwa kebijakan dan aturan hukum
               punya kekuatan yang sangat menentukan, jika bukan paling menentukan,
               bagi perjalanan sejarah agraria. Di kalangan akademik internasional
               sementara itu ‘sejarah ekonomi’ nampaknya masih merajai kajian
               agraria. Beberapa jilid buku dan kumpulan karangan diterbitkan untuk
               menerangi berbagai aspek ekonomi agraria dari masa kolonial (Booth
               1988, Booth et.al. 1988, Lindblad ed. 1998, Kano 2008). Hampir semuanya
               bertolak dari arsip kolonial, terutama statistik pertumbuhan ekonomi,
               produksi dan produktivitas, perdagangan internasional, dengan mem-
               perhatikan wilayah tertentu atau komoditi tertentu dalam rentang waktu
               tertentu pula. Peralatan analisisnya dipinjam dari kajian ekonomi yang
               memungkinkan para peneliti membaca sejarah dengan cara baru, terma-
               suk menyimpulkan bahwa keuntungan ekonomi Belanda dari Indone-
               sia tidak seberapa besar dan bahwa yang dirugikan dengan berakhirnya
               hubungan ekonomi kedua negara adalah Indonesia, dan bukan Belanda
               (van der Eng 1998). Berbagai pendapat ‘revisionis’ ini disampaikan dengan
               keyakinan penuh yang membuat argumen kaum nasionalis dan kajian
               ilmiah tentang kemiskinan dan penderitaan orang pribumi di masa
               kolonial nampak seperti khayalan belaka. Kritik terhadap pendekatan
               semacam ini datang dari kalangan Marxis yang mengarahkan perhatian
               terhadap ekspansi kapitalis, dengan fokus pada kepemilikan alat produksi
               dan pengerahan tenaga kerja. Di Indonesia perkembangan ini tidak ber-
               kembang karena penghancuran gerakan kiri di masa Orde Baru (Farid
               2008). Kajian ekonomi politik yang lebih kritis baru kembali awal 1980an
               dan terpusat pada pembentukan modal, negara dan sektor industri
               modern (Robison 1986, Winters 1996), dengan sedikit perhatian terhadap
               sejarah dan masalah agraria.
                   Karena perhatiannya terpusat pada soal kebijakan dan institusi nega-
               ra yang melaksanakan kebijakan, kehidupan penduduk yang konkret
               praktis terlewat dalam kajian hukum maupun ekonomi. Penduduk mun-
               cul dalam bentuk angka statistik atau kategori abstrak lainnya. Hampir
               seluruh kehidupannya diasumsikan, misalnya bahwa angka pertum-

                                                                          5
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19