Page 16 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 16

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               ini. Strategi ini dipilih sebagai langkah awal untuk mendekati ‘sintesis
               geografis’ dengan terlebih dulu mengetahui apa yang sudah dan masih
               perlu dikerjakan, dan juga untuk membayangkan kerangka umum dari
               sejarah/geografi agraria. Mengingat belum banyak kepustakaan tentang
               kajian seperti ini di Indonesia perlu juga dibuat sebuah tinjauan umum
               tentang pokok-pokok pikirannya.



               Sejarah/Geografi Agraria
                   Dalam berbagai tulisan Gunawan Wiradi, ahli agraria Indonesia,
               menjelaskan bahwa istilah ‘agraria’ berasal dari kata Latin ager yang
               berarti tanah (land) atau lapang (field). Agraria mengacu pada perike-
               hidupan manusia yang terkait dengan tanah, artinya tidak terbatas pada
               hubungan manusia dengan tanah tapi juga hubungan antar manusia
               yang terbentuk di atas tanah. Istilah itu meluncur ke dalam kosakata
               keilmuan dan hukum di Indonesia melalui bahasa Belanda dalam paruh
               kedua abad ke sembilanbelas. Pada 1870 pemerintah kolonial menca-
               nangkan  Agrarische Wet yang menjadi monumen penting dalam
               perjalanan sejarah agraria. Dari uraian tentang asal-usul istilahnya kita
               bisa melihat bahwa pemahaman tentang kehidupan agraria sebagai
               sebuah kesatuan adalah temuan relatif baru. Masyarakat desa yang
               menjadi subyek dari Agrarische Wet di masa itu tidak memahami kehi-
               dupan mereka dalam kerangka atau batas-batas ‘agraria’ yang ditetapkan
               penguasa kolonial. Pengertian ‘agraria’ dari penguasa kolonial terlalu
               sempit untuk memahami kehidupan masyarakat yang begitu banyak
               corak ragamnya. Tentu ini bukan sekadar permainan istilah saja, tapi
               punya implikasi politik dan keilmuan sekaligus. Dengan istilah ‘agraria’
               kehidupan sosial yang kompleks direduksi menjadi kotak-kotak yang
               mencerminkan kepentingan industri dan birokrasi. Semua hal di luar
               kepentingan itu dianggap tidak relevan dan dengan sendirinya dising-
               kirkan dari pembicaraan, betapapun dalam kenyataan unsur-unsur itu
               berperan penting bagi kelanjutan hidup masyarakatnya. Bahkan peker-
               jaan yang tidak langsung terkait dengan pengolahan tanah pun ditem-
               patkan dalam bidang lain dan diurus oleh unit atau departemen
               pemerintah yang berbeda, padahal pelaku kegiatannya adalah orang yang

                                                                          7
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21