Page 147 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 147
Hilmar Farid, dkk.
yang beragama Hindu. Pemberontakan ini menjadi pembenaran bagi
Belanda untuk intervensi dan masuk ke wilayah ini. Meskipun blokade
dilakukan, langkah ini ternyata tidak mampu memadamkan pemberon-
takan. Maka, tindakan keras dan pengiriman pasukan pun dilakukan
pada 1894. Kepulauan Nusa Tenggara baru efektif dikuasai oleh Belanda
pada dasawarsa pertama abad ke-20 seiring keberhasilan Belanda menak-
lukkan Aceh.
Perdagangan budak dan komoditas penting lain seperti di atas serta
perampasan terhadap kapal-kapal yang terdampar di sekitar perairan
Flores contohnya menjadi alasan Belanda untuk datang dan mengirim-
kan pasukannya ke wilayah ini pada 1838 dan 1846. Ekspedisi pasukan
Belanda pada tahun-tahun itu gagal menaklukan kerajaan lokal di wila-
yah itu. Perebutan kuasa di sekitar Laut Sawu dan sekitarnya sepanjang
abad ke-19 menjadi sesuatu yang menarik untuk melihat kolonialisme
di wilayah ini mengingat dua kekuatan asing yaitu Belanda dan Portugis
mempunyai pengaruh kuat di kawasan ini. Portugis juga berupaya
menuntut penguasaan atas wilayah lain di Nusa Tenggara, kendati Timor
Timur sudah dalam genggaman kekuasaannya. Usaha Belanda untuk
menguasai Flores baru diakui oleh Portugis pada 1859. Tak lama setelah
pengakuan itu, upaya Belanda membuka wilayah Nusa Tenggara dari
ketertutupan pengaruh dan kekuasaannya secara bertahap dilakukan.
Sawu contohnya, wilayah ini tetap terkucil sejak sebelum abad ke-19 dan
kehadiran Belanda di wilayah ini telah mendorong Sawu membuka diri
dari dunia luar. Dampak dari pembukaan wilayah ini adalah wabah
penyakit cacar pada 1869 dan dimulainya penyebaran agama Kristen.
Pihak gereja dengan demikian menjadi aktor penting dalam perkem-
bangan sejarah di wilayah ini. Dan, Lombok yang menjadi pulau penting
di wilayah ini kemudian ditaklukan oleh Belanda pada 1894. 9
9 Cribb. Op.cit.; Locher-Scholten. Op.cit..; Ricklefs, M. Sejarah Indonesia
Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995, hlm 205-06; Eric
Tagliacozzo. Secret Trades, Porous Border: Smuggling and States Along a Southeast
Asian Frontier, 1865-1915. Singapore: NUS Press, 2007.
138