Page 150 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 150

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               baja, dan tipe barang modal lainnya untuk orang Eropa dan barang-
               barang konsumsi mewah untuk mereka; perlunya pasukan, mesiu, dan
               dana yang dibutuhkan untuk menciptakan rust en orde atas wilayah
               Nusantara yang diakui Belanda tapi masih bebas secara efektif. 11

                   Hubungan perniagaan antara Jawa dan pulau-pulau lain seperti
               Nusa Tenggara sesungguhnya telah  berlangsung sejak abad  ke-16.
               Sumbawa dikenal sebagai penghasil beras dan bahan makanan lain
               seperti daging dan ikan. Pertukaran komoditas itu terus berlangsung
               hingga ke abad berikut. Para saudagar Malaka juga datang ke Sumbawa
               untuk mengambil kayu sapan, ke Solor untuk belerang, dan ke Timor
               untuk kayu cendana, damar dan madu. Sementara, pelabuhan-pelabuhan
               sepanjang Bali hingga Timor juga disinggahi oleh kapal-kapal itu untuk
               perdagangan budak.  Para budak ini diperlukan untuk dipekerjakan di
               istana dan rumah para bangsawan, atau sebagai buruh di pelabuhan dan
               pendayung kapal perang. Yang diperniagakan waktu itu juga meliputi
               kuda dari  Lombok, Sumbawa, Sumba, Timor, sementara barang yang
               diperdagangkan dari Jawa dan Malaka berupa kain, pisau, pedang,
               tembikar Cina, timah, air raksa, dan manik-manik. Kopi, coklat, dan
               tembakau tampaknya belum diolah dalam skala besar seperti perkebunan
               di Sumatra Timur. Tanaman ekspor tersebut  baru sebatas perkebunan
               skala kecil milik warga. 12

                   Secara ekonomis, hasil-hasil pertanian dan perkebunan dari Kepu-
               lauan Nusa Tenggara itu menjadi komoditas penting baik dalam per-
               niagaan antarpulau maupun antarnegeri. Tentara Belanda masuk ke
               Flores pada awal abad ke-20, tetapi tetap membiarkan Manggarai misal-
               nya menjadi bagian dari kekuasaan Sultan Bima. Awal kehadiran Belanda
               di Kepulauan Nusa Tenggara ini jika melihat tahun kedatangan baru




                   11  Malcolm Caldwell dan Erns Utrecht. Sejarah Alternatif Indonesia. Yogyakarta:
               Djaman Baroe, 2011, hlm 76.
                   12  Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo. Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian
               Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media, 1991; Locher-Scholten. Op.cit.; Lindblad.
               Op.cit; Adrian B. Lapian. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad Ke-16 dan 17.
               Depok: Komunitas Bambu, 2008, hlm 54 dan 87.
                                                                        141
   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155