Page 49 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 49

Hilmar Farid, dkk.




















             Perkebunan tembakau Bekalla, Deli milik perusahaan Deli Maatschappij 1905,
                                     Koleksi KITLV

                Penanaman tembakau membutuhkan tanah luas karena mengha-
            biskan kesuburan tanah dan memerlukan ruang agrarian cadangan
            sebagaimana telah disinggung di atas. Juga, ternyata perusahaan perke-
            bunan dalam penanaman tembakau mengikuti pola penanaman berla-
            dang seperti yang dilakukan oleh petani-petani Batak pedalaman. Sebu-
            ah perusahaan perkebunan dapat mengurus penanaman sekitar 400
            petak tembakau. Karena perkebunan tembakau menggunakan sistem
            rotasi per 8 tahun maka perkebunan itu membutuhkan 3.200 petak
            (8x400) luasnya kira-kira kurang dari satu hektar (0, 7 hektar) satu petak
            tembakau dapat menanam 16.000 batang tembakau. Kemudian di setiap
            petak dibagun jalan kebun untuk mengangkut tembakau ke gudang
            penyortiran dan pengepakan. Sepanjang setiap jalan kebun terdapat ge-
            dung-gedung pengeringan sementara, yang menerima panen tembakau.
            Selain itu, setiap perusahaan perkebunan mempunyai gedung-gedung
            permanen bagi pensortiran dan pengepakan tembakau. Gedung-gedung
            ini adalah bagian tetap dari kompleks perusahaan tembakau, dikenal
            sebagai emplaseme, yang juga terdapat rumah-rumah staf perusahaan,
            dan took—yang umumnya dikelola oleh seorang Cina—sebuah bengkel,
            dan bedeng-bedeng tempat tinggal bagi dua keluarga buruh. Pada tahun
            1900, perusahaan-perusahaan perkebunan besar mempunyai rumah
            sakit. sementara itu, perusahaan-perusahaan kecil menghimpun dana
            dan menyelenggarakan rumah sakit bersama untuk melindungi modal

            40
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54