Page 52 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 52

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               Komoditas Karet dan Kelapa Sawit

                   Setelah masa krisis tahun 1889, pengusaha perkebunan banyak
               beralih ke tanaman ekspor lainnya. Tanaman ekspor pengganti pertama
               adalah kopi, tetapi tanaman kopi membutuhkan dataran yang tinggi,
               kemudian berganti ke karet yang berhasil baik. Keberhasilan mempro-
               duksi karet didukung dengan proses teknologi penghasil lembaran karet
               yang dikenal sebagai latex. Tanaman karet atau hevea secara komersial
               dengan penanaman masif baru diusahakan pada tahun 1902 oleh sejum-
               lah perusahaan perkebunan di daerah Deli atas dan Langkat.  Pada 1902,
               Deli Maatschappij telah mulai menanam 5000 pohon karet di perke-
               bunan Batang Serangan di Langkat. Pada 1907, perkebunan itu diperluas
               dengan menambah 19.999 pohon karet, dan akhirnya Batang Serangan
                                                          30
               dikhususkan hanya untuk tanaman industri karet.  Penanaman karet
               semakin meluas akibat dari permintaan karet dari industri otomotif di
               Amerika dan Eropa. Di tambah pula pada pertengahan abad 19 di Amerika
               Serikat (AS) telah terjadi penghapusan perbudakan yang membuat inves-
               tasi modal di sana sudah kurang menarik karena harga material dan
               tenaga kerja telah menjadi mahal. Pada 1910 perusahaan karet AS
               mengambil alih perusahaan tembakau Belanda yang bangkrut di Kisaran
               dengan  luas tanah 35.000  hektar.  Pada  1911 didirikan perusahaan
               Hollandsche-Amerikaansche Plantage Maatschappij (HAPM) yang
               dikemudian hari dikenal sebagai Uniroyall. Pada 1917, HAPM memperluas
               perkebunannya menjadi 76.000 hektar yang merupakan perkebunan
               industri karet terluas di dunia. Kemudian pada 1916 menyusul perusa-
               haan Hawaiian Sumatra Plantation yang juga merupakan perusahaan
               AS mendapatkan 12.000 hektar untuk industri karet. Satu tahun kemu-
               dian Goodyear mengikuti dengan menyewa 16.700 hektar dari perke-
               bunan Dolok Merangir. Sepuluh tahun kemudian, GoodYear memperluas
               areal perkebunan 28.000 hektar dan tahun 1932 membuka areal baru
               seluas 10.000 hektar untuk anak perusahaannya Wingfoot di baratdaya

                   30  Bagi Deli Maatschappij tanaman karet adalah juru selamat bagi perusahaan mereka
               setelah beberapa perkebunan tembakau dan kopi bangkrut. Untuk hal ini lihat. G.C.
               Allen and Donnithorne. A.C. Western Enterprise and Malaysia: A Study in Economic
               Development. (London: Allen&Unwin, 1962), hlm., 46.

                                                                         43
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57