Page 53 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 53
Hilmar Farid, dkk.
31
kawasan perkebunan besar Sumatera Timur. Perusahaan perkebunan
karet AS mendatangkan insinyur pabrik, ahli kimia, dan insinyur perta-
nian dari AS dan negeri lainnya. Kemudian, pada 1920 didirikan Alge-
meene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra
(Perkumpulan umum tuan kebun karet Sumatera timur) yang awalnya
mengurus masalah perolehan tanah bagi pengusaha karet dibekas perke-
bunan tembakau dan kopi. Kemudian juga mengurus masalah penge-
rahan tenaga kerja bagi para pengusaha karet.
Produksi ruang agraria bagi perusahaan karet pada 1909 seluas 21.926
hektar dan setiap tahunnya terus mengalami perluasan hingga tahun
1930-an telah mencapai 284.213 hektar. Hasil produksi karet perkebunan
Sumatera Timur diekspor paling besar kebutuhan sebesar 75 persen untuk
pasar Amerika, kemudian sisanya ke Belanda, Inggris, Jerman, Jepang,
Cina, Hong Kong dan Singapura.
Perkebunan karet milik perusahaan karet Tanah Radja di Asahan tahun 1910,
Koleksi KITLV
31 Pada awalnya industri penanaman karet nampak didominasi oleh perusahaan-
perusahaan AS, seperti halnya dengan tembakau yang dimonopoli oleh Belanda, minyak
sawit dikuasai oleh Prancis dan Belgia dan the oleh perusahaan perkebunan Inggris. Akan
tetapi setelah berlangsung beberapa tahun garis spesialisasi ini sudah tidak kelihatan lagi.
Seluruh investasi kapital di perkebunan Sumatera Timur bisa terintegrasi kedalam pasar
dunia. Untuk hal ini lihat. Ann Laura Stoler. Capitalism and confrontation in Sumatra’s
Plantation Belt 1870-1979. (Madisson:University of Michigan Press, 1995), hlm., 30.
44