Page 74 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 74

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               pasca perang. Akan tetapi karena perekrutan tenaga kerja begitu mahal,
               maka perekrutan secara masif tidak dilakukan lagi, pada 1953 hanya
               ribuan perekrutan tenaga kerja oleh AVROS. 66

                   Kemudian, masalah kekurangan tenaga kerja dapat diatasi dengan
               perusahaan memperkerjakan buruh lepas yang tinggal di sekitar pinggir
               perkebunan. Penggunaan tenaga kerja lepas oleh perusahaan perke-
               bunan adalah menguntungkan secara ekonomis dan politis. Pada galib-
               nya, pekerja lepas bekerja diperkebunan dalam jangka waktu pendek
               dengan pekerjaan seperti membuka hutan, memperbaiki bangunan dan
               rencana penanaman kembali secara masif. Akan tetapi penggunaan
               tenaga kerja oleh perusahaan perkebunan sudah meluas seperti pekerja
               tetap, misalkan menyadap karet atau menyortir tembakau. Bagi banyak
               perusahaan penggunaan tenaga kerja lepas menguntung-kan. Pekerja
               lepas tidak dapat menjadi anggota serikat buru dan pekerja lepas tidak
               dilindungi perundang-undangan tenaga kerja. Perusahaan tidak perlu
               membayar biaya reproduksi pekerja lepas.

                   Penggunaan tenaga kerja lepas secara meluas mendapatkan perla-
               wanan keras dari Sabupri yang meminta perusahaan untuk tidak meng-
               gunakan tenaga kerja lepas karena mereka bergantung pada annemeer
               (kontraktor) yang memperkerjakannya. Juga, Sabupri menegaskan agar
               perusahaan mengangkat pekerja lepas menjadi pekerja tetap supaya
               mendapatkan perlindungan dari undang-undang perburuhan. Masalah
               itu akhirnya mendapat campurtangan dari pemerintah dengan menge-
               luarkan peraturan bahwa pekerja lepas hanya bisa bekerja selama 20 hari,
               lebih dari itu harus diangkat menjadi pekerja tetap. Penggunaan buruh
               lepas telah diatur sebagai suatu keputusan sepihak dan sebagian besar
               dipaksakan oleh manajemen.

                   Namun demikian, pekerjaan lepas diperkebunan bagi kaum miskin
               pedesaan yang tinggal dipinggir perkebunan adalah pemasukan uang
               tunai yang penting. Bagi mereka pemasukan itu bisa menambah kebu-



                   66  Geoffrey. Mc. Nicoll. “International Migration in Indonesia: Descriptive
               notes”. Indonesia. No. 5, 1968, hlm. 1-64.
                                                                         65
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79