Page 77 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 77

Hilmar Farid, dkk.
            Sabupri yang secara vertikal organisasi perburuhan patuh terhadap
            SOBSI. Karena SOBSI bergantung pada politik Soekarno maka ada sema-
            cam kesantunan politik bahwa Sabupri harus membantu Soekarno
            dengan cara mengontrol dan meningkatkan produktifitas buruh di
            perkebunan. 69

                Selanjutnya, pada 1960-an perusahaan-perusahaan perkebunan
            memperkerjakan kembali pekerja-pekerja lepas. Untuk kali ini buruh-
            buruh lepas yang dipekerjakan oleh perusahaan lebih besar jumlahnya
            dari pada tahun 1952. Mereka terdiri dari orang-orang Batak, Melayu,
            bekas buruh perkebunan dan petani-petani liar. Mereka menerima
            pekerjaan-perkejaan sementara tanpa memperoleh biaya reproduksi dari
            perusahaan. Menurut ILO, pada 1960 perkebunan kelapa sawit di Indo-
            nesia (saat itu semuanya berada di Sumatera Utara) memperkerjakan
            tenaga kerja lepas dengan jumlah besar, hampir setengah dari pekerja
                70
            tetap.  Tindakan dari perusahaan perkebunan itu samasekali sepi dari
            aksi protes Sabupri. Kemudian, pada pasca peristiwa September 1965
            terjadi penangkapan dan pembunuhan buruh-buruh perkebunan di
            Sumatera, karena mereka anggota Sabupri. Sebagai anggota serikat buruh
            Sabupri mereka adalah komunis, ini adalah tuduhan khas dari militer.
            Buruh-buruh perkebunan yang ditangkap dan dibunuh jumlahnya
            ratusan ribu dan bisa jadi mereka digantikan oleh buruh-buruh lepas
            yang upahnya lebih murah dan tanpa jaminan kesehatan serta pensiun.


            Penutup
                Ruang geografi perkebunan pantai timur Sumatera yang terbentuk
            awalnya atas persekongkolan antara elit tradisional (para sultan) yang
            memberian konsesi agraria kepada pemilik kapital asing. Kemudian, per-
            kebunan-perkebunan besar atau cultuurgebied  itu dapat memasok 1/3


                69  Politik kertegantungan PKI dan SOBSI terhadap Soekarno itu membahwa
            dampak yang mendalam. Pada peristiwa G30S yang membuat PKI mudah dihancurkan
            oleh militer karena para petinggi PKI bergantung dari keputusan Soekarno. Untuk hal
            ini lihat. John Roosa. Dalih Pembunuhan Massal. (Jakarta: Hasta Mitra-Institute Sejarah
            Sosial Indonesia, 2004), hlm., 23.
                70  Locit., Mc. Nicol. Internal Migration in Indonesia, hlm. 1-64.
            68
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82