Page 72 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 72

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               per-kebunan lama yang ikut membonceng tentara Belanda terkejut per-
               kebunan yang berubah menjadi lahan penanaman bahan makana. Keda-
               tangan mereka disambut oleh sejumlah buruh perkebunan, mereka
                                                          65
               membagikan pakaian kepada buruh perkebunan.  Tuan-tuan kebun
               lama itu mengalami kekurangan tenaga kerja untuk mengolah perke-
               bunan mereka kembali. Sementara itu, beberapa kali mereka mengusul-
               kan untuk mendatangkan kembali buruh-buruh Jawa yang masih muda
               ditolak oleh penguasa Negara Sumatera Timur (NST). Alasan mereka
               bahwa tanah-tanah Sumatera bisa dikuasai oleh orang Jawa. Namun,
               demikian buruh-buruh lama perkebunan sekitar 72.300 orang yang
               berkeinginan terus bekerja diperkebunan. Hirarkhi dan struktur
               perkebunan pada masa rekolonisasi Belanda tetap tidak berubah.
               Manajemen perkebunan ditangan para kerani Batak dan mereka tidak
               mengontrol hubungan perburuhan. Relasi perburuhan tetap dikontrol
               oleh pemilik kapital asing yang baru kembali dan ingin menata kembali
               perkebunan Deli. Pada tahun 1949-1950 tumbuh serikat-serikat buruh
               perkebunan. Di seluruh ruang cultuurgebied berdiri sekitar 50 serikat
               buruh perkebunan. Serikat buruh perkebunan terbesar anggotanya pada
               saat itu adalah Sabupri (Sarikat buruh perkebunan seluruh Indonesia).

                   Kemudian, pada 1950 pemerintah Indonesia dalam konstitusinya
               menjamin hak berkumpul dan beroganisasi bagi kaum buruh. Para bu-
               ruh perkebunan dengan cepat memanfaatkan momentum itu untuk
               berorgnisasi. Selanjutnya, pertanyaannya apakah selama tahun-tahun
               1950-an dan 1960-an buruh perkebunan di Sumatera dapat memper-
               juangkan kehidupan yang lebih baik? Apakah bisa Sabupri memimpin
               isu perburuhan? Bagaimana politik kontrol dan pengerahan buruh di
               perkebunan? Masalah ini dibahas di bawah.
                   Tampilnya serikat buruh Sabupri di perkebunan besar pantai timur
               Sumatera mendapatka dukungan dari buruh-buruh perkebunan dalam
               menghadapi perusahan perkebunan. Organisasi Sabupri yang mewakili
               buruh perkebunan menuntut agar perusahaan membayar upah yang
               layak, menyediakan pelayanan kesehatan, perbaikan perumahan buruh

                   65  Ibid., Reid. The Blood of the people. hlm., 252.

                                                                         63
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77