Page 69 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 69

Hilmar Farid, dkk.
            telah dipecat. Bersama dengan pemecatan buruh-buruh kontrak itu, juga
            dihapuskan-nya Koeli Ordonantie. Dengan dihapuskannya ikatan kerja
            kontrak, maka pihak pengusaha perkebunan tidak mempunyai keku-
            asaan untuk memaksa buruh-buruh untuk meninggalkan atau menetap
            di perkebunan-perkebunan pantai timur Sumatera. Sekarang, buruh-
            buruh berada dalam ruang pasar tenaga kerja yang bebas.

                Seiring dengan penghapusan Koeli Ordonantie, perusahaan perke-
            bunan melakukan perubahan dalam organisasi dan manajemen
            perkebunan. Sebagaimana Ann Stoler menguraikan, pihak pengusaha
            perkebunan tidak lagi bertumpu pada ekstraksi nilai surplus mutlak,
            yaitu jam kerja lebih panjang, upah rendah dan intensitas kerja yang
            tinggi. Perusahaan perkebunan melakukan ekstraksi nilai surplus relatif
            yakni melalui revisi organisasi perusahaan dan perubahan faktor-faktor
                                59
            teknis proses produksi.  Selain itu, pada 1930-an juga terjadi pengu-
            rangan staf Eropa yang digantikan oleh pengawas Asia. Pengurangan
            itu berakibat berkurangnya konfrontasi langsung antara buruh dan
            asisten Eropa. Juga pengurangan aparat kepolisian negara dan kekuatan
            perusahaan perkebunan terhadap kontrol hubungan perburuhan. Se-
            rangan-serangan kaum buruh terhadap pihak perusahaan mengalami
            penurunan yang sangat berarti. 60




















              Pemulangan buruh kontrak tembakau ke Jawa tahun 1925, Koleksi KITLV
                59  Ibid., Stoler. Perception of Protest. hlm. 642-658.
                60  M.Said. Koeli kontrak tempo doeloe. Dengan derita dan kemarahannya suatu
            zaman gelap di Deli (Medan: Waspada, 1977), hlm., 24.
            60
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74