Page 65 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 65

Hilmar Farid, dkk.
            dengan 100.000 buruh dalam jangka waktu empat tahun (1925-29) dan
            ditambah dengan rekrutan baru 36.000 buruh tahun 1929, AVROS
            (Persatuan perusahaan karet Sumatra Timur) tetap memperhitungkan
            adanya kekurangan tenaga kerja yang kira-kira berkisar antara 40.000
            hingga 60.000 buruh. Khususnya bagi perkebunan baru, perusahaan
            sering mengalihkan dari divisi ke divisi, dan seringkali tidak ada hentinya,
            dan arus masuk buruh baru yang secara terus-menerus hidup dibarak
                  54
            darurat.  Sebagaimana dikemukakan di atas mulai tahun 1900 buruh-
            buruh perempuan dalam status kontrak dari Jawa telah berdatangan
            bekerja di perusahaan tembakau dan karet. Di perusahaan tembakau
            mereka bekerja pada bagian pekerjaan pengepakan dan pengeringan
            tembakau.




















              Buruh kontrak perempuan dari Jawa bekerja pengepakkan di perusahaan
                     tembakau Kwala Bingei, Deli tahun 1905, Koleksi KITLV
                Buruh-buruh yang datang dari luar Sumatera terkena ikatan kontrak
            dan jika melanggar kontrak terkena sanksi pidana. Peraturan itu agar
            buruh bekerja dengan intensitas tinggi, murah dan menguntungkan
            perusahaan. Ikatan-ikatan kontrak dengan sanksi pidana menghadirkan
            kekerasan yang dilakukan pihak perkebunan terhadap buruh-buruh kon-
            trak. Administratur perkebunan diperbantukan oleh pengawas Eropa,


                54  Tidaklah mengherankan kalau ikatan di antara buruh adalah singkat umurnya dan
            tidak membantu adanya aksi-aksi kolektif berencana dan berkelanjutan. Untuk hal ini
            lihat. Ibid., Stoler. Capitalism and Confrontation. hlm., 142.
            56
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70