Page 66 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 66

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               Asia dan asisten perkebunan Eropa untuk melakukan pengawasan agar
               dapat menegakkan disiplin kerja buruh kontrak. Agar buruh kontrak
               rajin bekerja dan tetap terikat pada kontraknya para mandor untuk buruh
               Jawa dan tandil untuk buruh Cina memberikan pinjaman untuk hidup
               kaum buruh dan bermain judi. Pinjaman itu akan dikembali pada hari
               gajian kuli. Setiap hari gajian buruh kontrak diwajibkan mengganti uang
               pinjaman kepada pengawas, dia juga harus membayar uang panjar kepada
               tuan kebun. Buruh-buruh kontrak tidak bisa menabung karena selain
               mesti membayar hutang-hutangnya, juga uang upah dipaksa untuk
               dikonsumsi diwarung-warung sekitar perkebunan. Selain itu, buruh-
               buruh kontrak berhadapan pula dengan asisten perkebunan yang berke-
               bangsaan Eropa. Asisten perkebunan ini adalah lapisan barisan pengang-
               guran di Eropa yang berupaya untuk bekerja di Sumatera. Mereka oleh
               administratur perkebunan diejek sebagai “anak bau kencur”, cita-cita
               mereka adalah menggantikan para administratur. Untuk meningkat
               menjadi administratur mesti bekerja untuk asisten selama 6 tahun.
               Pekerjaan seorang asisten adalah sebagai kepala pengawas yang menge-
               bawahi 500 buruh kontrak. Buruh kontrak jika sakit harus melapor kepa-
               da asisten dan juga kalau upahnya kurang mesti mengadu ke asisten.
               Upah asisten bergantung dari tantiem atau bonus melakukan penga-
               wasan kerja terhadap kaum buruh. Jika pekerjaan-pekerjaan kaum buruh
               tidak beres atau kurang dari jam kerja maka, asisten bisa dikurangi
               tantiemnya. Demikian pula, jika perusahaan perkebunan mengalami
               kemerosotan keuntungan misalkan pada krisis 1890-an, tidak hanya upah
               buruh yang dipotong, akan tetapi tantiem asisten juga dikurangi pero-
               lehannya. Maka tidak mengherankan kekerasan terhadap kaum buruh
               kontrak berasal dari pengawasan dari asisten perkebunan. 55

                   Meningkatnya kekerasan oleh pihak perkebunan terhadap kaum
               buruh kontrak karena untuk meningkatkan produksi dan murahnya
               upah diperlukan paksaan dengan sanksi pidana. Melalui Ordonantie
               Koeli, pihak perusahaan perkebunan menindas hak-hak ekonomi sosial

                   55  Pergantian asisten Eropa ke asisten Asia pada tahun 1930-an seiring dengan
               revisi organisasi produksi perkebunan mengakibat tingkat kekerasan di perkebunan
               mengalami kemerosotan.
                                                                         57
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71