Page 96 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 96
Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
Melayu dan Dayak banyak bergantung kepada damar, rotan, lilin, buah
pinang, serta sarang burung, sebagai mata pencarian, tapi kmoditas ini
tidak menonjol sebagai produk ekspor. Sebagian besar produksi kopra
di Kalimantan Barat misalnya pada akhir abad ke-19 berada di tangan
orang Melayu, Banjar, dan Dayak. Di perempat akhir abad ke-19 penduduk
lokal kemudian mulai mengekspor sagu, gambir, lada, minyak kelapa,
dan kopra dengan tujuan utama ke Singapura melalui Pelabuhan Pon-
tianak, Pemangkat, Singkawang, dan Ketapang Selatan. Nilai jual kopra
juga membuat para pedagang Cina kemudian memborong kopra dari
pedagang pribumi. 16
Pedagang Singapura juga langsung memborong kopra atau kelapa
dari pedagang Cina, yang menduduki posisi penting dalam perdagangan
antarpulau atau negara pada waktu itu. Para pedagang Singapura juga
menjalin kontak dengan pedagang Cina setempat yang telah lama tinggal
di Pontianak. Para pedagang Singapura sebagai eksportir kemudian juga
membangun gudang kopra di pelabuhan, yang kemudian digunakan
untuk menampung kopra dari pedagang kecil sebelum dikirim ke Singa-
pura atau Jawa.
Kalimantan khususnya bagian barat mulai ditanami kelapa pada
1884. Pada sekitar 1891 jumlah kelapa yang tersebar di Pontianak
berjumlah 97.898 pohon, Singkawang 70.711 pohon, Hulu Sungai Utara
64.193, dan Ketapang 23.802 pohon. Pada tahun itu pula, Kalimantan Ba-
rat menjadi pengekspor kedua kopra setelah Makassar dengan jumlah
kopra sebanyak 109.600 pikul. 17
Kopra mulai mendapat perhatian ketika Inggris menganjurkan
penanaman kelapa di negeri-negeri Melayu pada sekitar 1860an. Ketika
itu, pedagang Cina menukar kopra dengan beras. Kalimantan mencukupi
kebutuhan beras untuk penduduknya dengan cara menukar produk
pertanian ini dengan hasil-hasil hutan melalui para pedagang Cina. Seki-
tar sepuluh tahun kemudian, pada 1870an, warga Pontianak mulai mem-
16 Ibid.; A. Rasyid Asba. Kopra Makassar Perebutan Pusat dan Daerah: Kajian
Sejarah Ekonomi Politik Regional di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.
17 Asba. Ibid.
87