Page 91 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 91

Hilmar Farid, dkk.
            menguasai tanah. Penguasa Melayu mendorong orang Tionghoa bermig-
            rasi ke Kalimantan, tetapi mereka tidak diizinkan masuk ke bidang perta-
            nian. Kebijakan ini dimaksudkan agar orang Tionghoa membeli kebu-
            tuhan beras dan kebutuhan lain hasil pertanian dengan harga tinggi dari
            penguasa Melayu. Meskipun ada pembatasan dalam pengolahan tanah
            kepada orang Tionghoa, mereka tetap saja mengolah tanah karena perta-
            nian erat kaitan dengan pertambangan. Monopoli beras yang berada di
            tangan penguasa Melayu justru mendorong orang Tionghoa untuk
            mengembangkan pertanian di sekitar pertambangan. Dari pertanian
            inilah, orang Dayak belajar teknik dan cara bercocok tanam dari orang
            Tionghoa.
                Dalam hal pengadaan tenaga kerja di pertambangan misalnya,
            kongsi memiliki peran penting dalam hal ini. Modal menjadi salah satu
            aspek penting di dalamnya terutama digunakan untuk membiayai perja-
            lanan tenaga kerja dari Cina ke Kalimantan. Biaya terbesar yang dikelu-
            arkan oleh kongsi ini diperuntukkan untuk perekrutan dan pengang-
            kutan tenaga kerja ke pertambangan. Tenaga kerja yang sehat menjadi
            keharusan mutlak dalam perekrutan ini. 11

                Kehadiran Belanda di Kalimantan juga didorong karena ketidak-
            mampuan penguasa Melayu mempertahankan kekuasaannya atau mulai
            terancam dengan kehadiran kongsi yang kuat kedudukaannya terutama
            di bagian barat atau wilayah yang disebut Distrik Tionghoa. Perdagangan
            dan perkapalan memang menjadi sumber utama kesultanan Melayu di
            Kalimantan, selain penghasilan lain dalam bentuk pajak yang ditarik atau
            dibebankan kepada penduduk. Letak pusat kekuasaan yang berada di
            hilir sungai membuat kesultanan terhubung dengan laut dan pedalaman.
            Hal ini menjadikan sungai menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuasaan
            sultan. Penguasa Melayu mengontrol lalulintas barang baik dari dalam
            maupun dari luar yang masuk melalui hilir sungai yang menjadi wilayah
            kekuasaan mereka. Dari sini, mereka kemudian dapat mengumpulkan
            keuntungan melalui aktivitas ini. Penguasaan atas pesisir sebagai pintu
            masuk-keluar lalulintas barang dan penduduk ke pedalaman atau seba-


                11  Heidhues. Op.cit.
            82
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96