Page 88 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 88

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               Ekspansi dan Eksplorasi

                   Produk utama Kalimantan yang dihasilkan dari tambang adalah
               emas, minyak, intan, dan batubara. Emas asal Kalimantan diekspor ke
               Singapura dan daratan Cina. Kawasan Asia Tenggara dan Cina bagian
               selatan khususnya menjadi tujuan utama emas Kalimantan. Emas
               menjadi komoditas penting dalam perdagangan dengan bangsa-bangsa
               lain terutama pedagang Cina. Mereka membawa emas dari Kalimantan
               ke Singapura atau ke daratan Cina. Emas menjadi salah satu bahan pen-
               ting dalam pembuatan pakaian. Pertukaran komoditas dari Kalimantan
               menjadi persinggungan atau kontak awal antara pedagang Cina dan
               Eropa dengan penduduk setempat. Ini membawa konsekuensi lebih jauh
               pada penguasaan atau monopoli komoditas yang dipertukarkan atau
               diperdagangkan. Sementara pajak atas perdagangan dan lalulintas di
               perairan dalam menjadi sumber utama pemasukan penguasa setempat.
               Jalur perdagangan dari atau menuju ke Kalimantan pada akhirnya men-
               jadi penting dalam aktivitas perniagaan ini. Perompakan juga berkem-
               bang sebagai bentuk penguasaan terhadap aktivitas ekonomi ini karena
               para perompak tidak menguasai kekuasaan pesisir/hilir sebagai pintu
               masuk-keluar dalam perdagangan.
                   Hubungan ekonomi antara penduduk di Kalimantan yang melibat-
               kan antara orang Dayak dan Melayu berlangsung tidak seimbang atau
               saling menguntungkan kedua pihak. Orang Melayu tidak dapat hidup
               atau mengumpulkan hasil-hasil hutan,  yang dikuasai oleh orang Dayak.
               Sebaliknya, orang Dayak tidak menguasai laut dan sangat sedikit berhu-
               bungan dengan dunia luar, yang justru dikuasai oleh orang Melayu yang
               tinggal di pesisir. Pola hubungan keduanya pun sangat rentan terhadap
               pemerasan. Sirkulasi modal dan distribusi barang dari hilir-hulu yang
               sarat dengan ketidaksetaraan ini tidak hanya terjadi antara orang Dayak
               dan Melayu, tapi juga terjadi antara orang Tionghoa dan Melayu, atau
               antara orang Belanda dan Melayu atau orang Tionghoa. Ketidakseim-
               bangan dalam aktivitas perekonomian ini terjadi sejak kedatangan orang
               Tionghoa ke pertambangan di Kalimantan, atau sejak Belanda masuk
               dan mulai menguasai wilayah ini pada perempatan pertama abad ke-19. 7

                   7  Heidhues. Op.cit.
                                                                         79
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93