Page 85 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 85

Hilmar Farid, dkk.
                Kongsi-kongsi yang makin kuat posisinya dalam masyarakat Kali-
            mantan itu telah mengkhawatirkaan penguasa Melayu dan juga Belanda.
            Mereka telah menguasai hak yang tidak boleh dimiliki yaitu kepemilikan
            tanah. Tanah adalah milik sultan dan orang Tionghoa tidak mempunyai
            hak kepemilikan atas tanah. Mereka hanya diizinkan menggunakan
            tanah, itu pun jika mereka membayar pajak atau sewa tanah. Kekuasaan
            kongsi tersebut justru mengancam kekuasaan sultan dan pemerintah
            kolonial Belanda atas tanah-tanah yang berada di wilayah itu. Inilah salah
            satu sumber utama konflik di antara tiga kekuatan masyarakat itu dan
            kemudian mengundang kehadiran Belanda untuk campur tangan lang-
            sung ke wilayah itu.























                 Kuli Cina di Kalimantan dengan seorang mandor pada sekitar 1890,
                                     Koleksi KITLV

                Orang Melayu semula bekerja sebagai pedagang dan bajak laut. Etnis
            ini kemudian membangun kekuasaannya di tempat-tempat strategis
            sepanjang aliran sungai-sungai di Kalimantan yang dapat dilayari oleh
            kapal-kapal tradisional dan kapal uap. Diperkirakan bahwa orang Melayu
            mulai berdatangan ke Kalimantan pada sekitar abad ke-14. Kesultanan
            Banjarmasin di bagian selatan menjadi kekuatan penting dalam perim-
            bangan kekuatan di bagian selatan dan tenggara Kalimantan hingga abad
            ke-19. Pada sekitar 1850, Belanda mengadakan perjanjian tersendiri
            dengan masing-masing kerajaan-kerajaan yang berada di bagian timur

            76
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90