Page 86 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 86
Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
Kalimantan yaitu dengan Kerajaan Bulungan, Gunung Tabur, dan
Sambaliung. Ketiga kerajaan ini mengakui Belanda sebagai kekuasaan
tertinggi. Kemudian, pada 1906, ketiga kerajaan tersebut menandatangani
Korte Verklaring. Pajak atas perdagangan dan lalulintas melalui sungai
di kerajaan tersebut merupakan sumber pendapatan penting di wilayah
ini. Penandatangan perjanjian itu sekaligus mengukuhkan secara resmi
kekuasaan Belanda atas wilayah timur Kalimantan yang dikuasai oleh
kerajaan-kerajaan tersebut. Maka, sejak awal abad ke-20, Belanda telah
mengukuhkan kekuasaannya atas Kalimantan Timur dan berdiri tegak
di atas tanah milik kerajaan-kerajaan di atas. Sementara, jalan menuju
kekuasaan penuh atas Kalimantan Timur ini dirintis Belanda sejak
perempatan pertama abad ke-19. Seiring dengan penguasaan ini, sejumlah
monopoli perdagangang yang semula di tangan kesultanan seperti garam
dan opium beralih ke tangan Belanda, termasuk juga pemberian konsesi
pertambangan kepada pihak Belanda. 6
Orang Bugis sejak abad ke-17 juga mulai berdatangan melalui pantai-
pantai di Kalimantan terutama di sepanjang pantai Kalimantan Timur
dan Kalimantan Barat. Migrasi orang Bugis juga menyebar hingga ke
Semenanjung Melayu. Dari Jawa, pada perempatan pertama abad ke-20,
penduduk dari Tulung Agung dan Blitar di Jawa Timur datang ke Kali-
mantan sebagai transmigran. Migrasi penduduk juga terjadi dari
Kalimantan terutama dari wilayah Kalimantan Selatan dan Timur menu-
ju wilayah lain seperti ke Sumatra Timur untuk bekerja di perkebunan-
perkebunan karet dan kelapa di Sumatra Timur atau Riau.
Kontak awal hingga berujung pada penaklukan dan penguasaan
wilayah Kalimantan seperti yang terjadi di bagian barat dan timur pulau
tersebut telah menciptakan ruang lebih luas lagi bagi modal untuk leluasa
mengeruk kekayaan alam Kalimantan. Penaklukan tanpa melibatkan ke-
kuatan bersenjata melalui korte verklaring itu telah menciptakan ruang
6 Adrian B. Lapian. Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut
Sulawesi Abad XIX. Depok: Komunitas Bambu, 2009, hlm 186-188; J. Thomas Lindblad.
Between Dayak and Dutch: The Economic History of Southeast Kalimantan 1880-1942.
Dordrecht-Holland: Foris Publication, 1988, hlm 125-127.
77