Page 97 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 97

Hilmar Farid, dkk.
            buat kopra. Hal ini seiring dengan peningkatan kebutuhan terhadap
            kopra di pasar lokal dan internasional.

                Pada 1920, ekspor kopra dari Kalimantan Barat mencapai puncak di
            pasaran dunia dengan jumlah ekspor mencapai 39.722 ton senilai f
            10,724.940. Hingga 1920an, sekitar 40 persen ekspor Kalimantan Barat
            bergantung pada kopra. Pada masa Perang Dunia II ekspor kopra Ka-
            limantan menurun dan penduduk mulai menanam karet yang nilainya
            menguntungkan.   18

                Perkebunan kelapa merupakan usaha padat karya dan perawatan
            tanaman ekspor ini mudah dan sedikit membutuhkan modal. Modal
            diperlukan saat panen yaitu untuk menyewa tenaga kerja, mengangkut
            kelapa  ke tempat pengolahan, dan mengubah kelapa menjadi kopra
            yang siap jual dan bernilai ekonomis. Perdagangan kopra di pasaran juga
            dimudahkan oleh ketersediaan pengangkutan laut oleh KPM yang
            membuka jalur antara Pontianak-Belitung-Batavia pada 1897. Jalur pela-
            yaran ini juga meningkatkan hubungan dagang antara Kalimantan dan
            Jawa atau antara Kalimantan dan Singapura yang mulai dilayari oleh KPM
            pada 1901. Setiap bulan ada lima kapal uap dan delapan perahu layar
            berlayar dari pelabuhan di Kalimantan menuju Singapura. 19

                Pascakemerdekaan Pontianak jadi pemasok utama kopra dengan
            kemunculan Coprafonds. Perusahaan ini rata-rata membeli sekitar 150-
            239 ton kopra setiap tahun. Pada 1950an pembelian Kopra Kalimantan Barat
            tetap dimonopoli Yayasan Kopra yang berpusat di Jakarta. Penyelundupan
            kopra juga terjadi di sekitar Kalimantan Utara (Brunei). Penyelundupan
            kopra di Kalimantan Barat ini karena ada dukungan dari kapal Inggris yang
            berlabuh di Brunei. Semasa pergolakan daerah di Sulawesi pada 1950an,
            kopra ditukar dengan beras dan senjata oleh pejuang Permesta.

                Selain kopra, karet merupakan tanaman lain yang mempunyai nilai
            ekonomis bagi Kalimantan.  Karet dibawa Inggris dari Brasil pada 1876.
                                   20
                18  Ibid.
                19  Ibid
                20  J. Thomas Lindblad. Between Dayak and Dutch: The Economic History of
            Southeast Kalimantan 1880-1942. Dordrecht-Holland: Foris Publication, 1988.
            88
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102