Page 125 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 125
keperluan aset, tetapi juga merupakan basis guna mendapat
kuasa-kuasa ekonomi, sosial dan politik. 139
Sementara, pelaksanaan reforma agraria sendiri tidak
pernah luput dari intervensi kepentingan orang kaya yang dekat
pada kuasa ekonomi dan politik. Hal ini disebabkan dua dari tiga
kekuatan utama reforma agraria, seperti diungkap Tai, ialah tuan
tanah (landlords) dan elite (elite) yang jamaknya merupakan
140
orang kaya dari kelas atas atau setidaknya dari kelas menengah.
Sedangkan satu kekuatan lainnya yakni petani (peasants), sering
kali merupakan mereka yang hidup setidaknya di garis batas
subsistensi.
Dengan melihat pada kondisi ketiga kekuatan reforma agraria
sebagaimana disebut Tai, maka tidak heran ketika Karl Polanyi
lewat salah satu karya monumentalnya, The Great Transformation,
menyebut penutupan akses terhadap lahan (enclosure) sejatinya
lebih tepat disebut sebagai revolusi para kaum kaya melawan
kaum papa. Para bangsawan dan tuan-tuan kaya mengacaukan
tatanan sosial, mendobrak hukum adat kuno. Terkadang mereka
bahkan menggunakan kekerasan, tekanan, dan intimidasi. Mereka
benar-benar merampok apa yang dimiliki secara bersama oleh
kaum papa tersebut, merobohkan rumah yang berdasarkan adat
masih kuat hingga saat itu. 141
Kaum miskin yang marjinal dianggap benda milik dan warisan
untuk mereka. Revolusi orang-orang kaya ini bagaimanapun juga,
demikian Polanyi, telah menghinakan komunitas adat, para petani,
139 Ibid.
140 Hung-chao Tai, Lo. Cit.
141 Karl Polanyi, The Great Transformation: The Political and Economic Origins of Our Time,
Beacon Press, Boston, 2001, p. 37.
90 Reforma Agraria Tanah Ulayat